Prolite – Terjebak Ekspektasi Orang Lain? Waktunya Jadi Dirimu Sendiri, Bukan Pemeran Figuran di Hidup Orang
Pernah gak sih kamu ngerasa kayak… hidup ini kok kayak sandiwara? Pagi-pagi udah pasang senyum, padahal hati lagi berantakan. Jadi anak baik di rumah, jadi si paling sabar di kantor, jadi teman paling pengertian di tongkrongan. Semua peran itu kamu mainkan, meskipun itu bukan diri kamu yang sebenarnya.
Kalau iya, bisa jadi kamu lagi tersesat dalam peran yang gak kamu pilih, tapi kamu jalani demi memenuhi ekspektasi orang lain. Ekspektasi orang lain itu kayak jerat halus. Gak kelihatan, tapi lama-lama bisa bikin kamu sesak napas, kehilangan arah, bahkan lupa rasanya jadi diri sendiri.
Nah, di artikel ini kita bakal bahas kenapa hal ini bisa terjadi, apa tandanya, dan gimana cara pelan-pelan keluar dari jebakan yang gak kelihatan ini.
Menjadi Manusia: Saat Dunia Lebih Suka Versi Kita yang “Disesuaikan”
Pernah gak kamu dengar kalimat ini:
“Udah, jadi diri sendiri aja.”
Tapi pas kamu beneran jadi diri sendiri, dunia malah bilang:
“Kok kamu jadi berubah gitu sih? Lebih enak kamu yang dulu.”
Nah loh. Kenyataannya, banyak orang yang bukan benar-benar pengen kamu jadi dirimu sendiri, tapi pengen kamu jadi versi dirimu yang nyaman untuk mereka. Versi yang sopan, gak bikin ribet, gak beda pendapat, dan gak terlalu banyak protes.
Itu kenapa, tanpa sadar, kita sering banget berusaha keras menyesuaikan diri. Kita belajar jadi anak yang nurut, teman yang asyik, pasangan yang gak nuntut, atau rekan kerja yang gak pernah bilang “nggak”.
Topeng Sosial: Peran yang Kita Mainkan Demi Diterima
Fenomena ini disebut juga dengan “topeng sosial”. Kita pakai topeng-topeng ini supaya bisa diterima, supaya gak disalahpahami, supaya gak ditolak.
Contoh peran yang sering banget kita mainkan untuk memenuhi ekspektasi orang-orang itu kayak gini:
-
Jadi anak baik yang gak pernah melawan.
-
Jadi teman lucu yang selalu bikin semua orang ketawa, padahal hatinya lagi hancur.
-
Karyawan teladan yang gak pernah marah dan selalu lembur.
Semua peran itu mungkin gak kita pilih, tapi kita mainkan. Kita cuma berakting karena takut… takut gak disukai, takut ditinggal, takut dianggap gagal, atau bahkan takut dibilang “gak tahu diri”.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan