Prolite – Low Grade Depression: Ketika Hidup Terlihat Baik-Baik Saja, Tapi Ada Ruang Kosong di Dalam Diri
Pernah nggak sih kamu ngerasa semua hal dalam hidupmu sebenernya baik-baik aja—pekerjaan stabil, hubungan aman, kesehatan oke—tapi anehnya, tetap ada perasaan kosong yang nggak bisa dijelaskan? Rasanya kayak ada ruang hampa di dalam hati yang nggak kunjung terisi, meskipun secara logika, semua “ideal checklist” hidup sudah tercentang.
Kalau kamu pernah mengalami ini, bisa jadi kamu lagi menghadapi yang namanya low grade depression. Dan percayalah, kamu nggak sendirian. Yuk, kita kupas pelan-pelan, biar kita bisa lebih ngerti apa yang sebenarnya terjadi di dalam diri kita.
Apa Itu Low Grade Depression?
Low grade depression, dalam dunia psikologi, dikenal juga dengan istilah dysthymia atau Persistent Depressive Disorder (PDD).
Menurut American Psychiatric Association (APA), PDD adalah jenis depresi ringan namun berkepanjangan—biasanya berlangsung minimal dua tahun. Nggak seberat depresi mayor yang bikin seseorang kehilangan fungsi sehari-hari, tapi cukup “menggerogoti” rasa bahagia sedikit demi sedikit.
Ciri-ciri PDD ini tricky banget, karena:
-
Gejalanya sering understated (kayak “ya, biasa aja”)
-
Bikin kita tetap bisa kerja, sekolah, beraktivitas… tapi semua terasa berat dan hambar
-
Rasa sedih, pesimis, lelah, atau “kosong” jadi background music yang terus main dalam keseharian
Yang bikin susah, karena tampilannya “nggak parah-parah amat,” sering kali orang sekitar (bahkan diri kita sendiri) menganggap ini bukan sesuatu yang serius. Padahal, tetap butuh perhatian dan perawatan, lho!
Perasaan Kosong di Tengah “Hidup Ideal”
Banyak orang yang mengalami low grade depression merasa bingung sendiri:
“Aku seharusnya bersyukur, kan?”
“Aku nggak punya masalah besar, kok kenapa masih ngerasa kosong?”
Nah, di sinilah penting untuk kita pahami: low grade depression bukan soal kurang bersyukur, lemah mental, atau drama berlebihan. Ini adalah kondisi medis yang nyata.
Perasaan kosong, nggak puas, dan kehilangan arah itu bukan karena kamu “manja” atau “kurang kuat”. Ada mekanisme biologis dan psikologis yang berperan, seperti ketidakseimbangan neurotransmitter di otak (serotonin, dopamine, dan teman-temannya), serta faktor lingkungan dan pola pikir yang berkembang dari waktu ke waktu.
Jadi, berhenti menyalahkan diri sendiri, ya. Ini bukan salahmu. Tapi kita bisa pelan-pelan cari jalan keluar bareng-bareng.
Apa Bedanya Low Grade Depression dengan Depresi Berat?
Supaya lebih gampang membedakannya, yuk lihat simpel perbandingannya:
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan