Sementara Direktur Pengembangan Usaha PJT II Dikdik Permadi Yoffana mengatakan bahwa PJT II merupakan salah satu BUMN yang diamanahi untuk melakukan pengusahaan dan pengelolaan sumber daya air.

“Jadi kita ada 5 wilayah sungai, wilayah kerja kita salah satunya memang adalah di sungai Citarum ini. Yang kita kelola ini waduk Ir. H Djuanda memang sejak awal untuk memasok air baku kebutuhan masyarakat, irigasi, dan Industri,” jabarnya.

Terkait dengan permintaan Perumda Tirtawening, kata Dikdik secara prinsip PJT II siap melakukan kerjasama sehingga bisa berpartisipasi dalam memenuhi pasokan air bersih untuk Kota Bandung.

“Tentunya kami akan berkolaborasi juga dengan BUMN lain diantaranya dana rekas sebagai holding kami yang akan mensupport dari sisi pendanaan. Dalam satu tahun kami mempunyai gold tahun 2030 itu 100 pesen masyarakat bisa mengakses air minum, dengan hadirnya 3.500 sebetulnya 2027 bisa 100 persen,” ucapnya.

Masih kata Dikdik, PJT II menyanggupi permintaan pasokan sumber air ke Kota Bandung yang ingin dialiri air sebanyak 3.500 liter per detik. Kepastian itu setelah dilakukan evaluasi kajian dan diskusi dengan PUPR.

“Ia baru Kota Bandung dari Bandung raya yang mengajukan 3.500 LPS ini. Wilayah yang kita aliri selama ini ke Karawang, Bekasi, Jakarta dan juga ke irigasi daerah Subang,” jelasnya.

Selama musim kemarau, Dikdik juga menyampaikan bahwa di PJT II Jatiluhur ini terjadi penyusutan dari normal rata-rata di level 103, saat ini di kondisi level 93. Tetapi masih ada ruang batas minimumnya sehingga masih bisa memasok air untuk masyarakat.