Prolite – Jadi Diri Sendiri Kok Dibilang Egois? Saat Jujur Sama Diri Malah Dianggap Musuh
Pernah gak sih kamu cuma pengen jadi diri sendiri, tapi malah dikatain keras kepala? Pengen jujur sama perasaanmu sendiri, tapi malah dibilang nyakitin orang lain? Atau kamu pernah bilang “nggak” karena lagi capek, eh malah dicap egois?
Kadang, menjadi diri sendiri bukan cuma soal keberanian—tapi juga soal menghadapi perang tak terlihat: perang batin antara menyenangkan orang lain atau menyelamatkan diri sendiri.
Artikel ini dibuat buat kamu yang sering disalahpahami saat memilih jujur sama diri sendiri. Kita bakal bahas kenapa hal itu bisa terjadi, gimana cara tetap asertif tanpa harus bikin orang lain tersinggung, dan gimana menentukan batas yang sehat dalam hubungan apa pun.
Kenapa Jujur Sama Diri Sendiri Sering Dianggap Pemberontakan?
Di masyarakat kita, “baik” itu sering dikaitkan dengan penurut. Jadi saat seseorang mulai berkata “aku gak nyaman”, “aku gak mau”, atau “aku gak sanggup”, itu sering dianggap kayak melawan.
Padahal, jujur sama diri sendiri bukan bentuk pemberontakan—itu bentuk self-respect.
Tapi, kenapa bisa disalahpahami?
-
Karena banyak orang terbiasa hidup dalam budaya “mengalah itu mulia”.
-
Karena ketika kamu mulai menetapkan batas, orang yang biasa diuntungkan dari ketidakjelasanmu akan merasa “kehilangan kendali”.
-
Karena mereka belum tentu ngerti bahwa menyayangi diri sendiri itu bukan berarti menyakiti orang lain.
Jadi ya, bukan kamu yang salah. Tapi cara pandang orang di sekitar aja yang belum semua bisa paham.
Kenyamanan Orang Lain vs. Kebutuhan Diri Sendiri: Haruskah Kita Memilih?
Ini bagian paling tricky. Kadang kita dihadapkan pada dua pilihan yang bikin galau:
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan