“Pada agenda pembagian raport di semester 1 bulan Desember tahun 2023, masing-masing orang tua dipanggil untuk pembagian raport hasil akademik sekaligus sesi konsultasi. Hasil penuturan kedua orang tua masing-masing anak baik-baik saja. Kedua orang tua N dan A juga berteman baik karena mereka tinggal di lingkungan desa yang sama,” papar Rizki.

Menurutnya, pihak sekolah baru mengetahui kasus bullying tatkala Nabila mengalami sakit usai menghadiri acara pagelaran seni tanggal 8 Mei 2024. Kemudian pada tanggal 12 Mei 2024, orang tua Nabila lapor ke wali kelas bahwa anaknya sakit usai dibully oleh temannya A.

Usai menerima laporan itu, pihak sekolah mencoba menggali dan menelusuri laporan tersebut dengan cara meminta keterangan terhadap guru seni, wali kelas dan para temannya. Hasilnya, sekolah menyimpulkan bahwa Nabila tak pernah berinteraksi dengan A baik secara fisik maupun verbal.

Tak sampai di situ, pihak sekolah kembali melakukan upaya mediasi antara siswa dan orang tua tanggal 27 Mei 2024. Saat itu siswa Nabila dalam posisi sakit, namun kedua pihak sepakat untuk damai secara lisan. Setelah itu, pada tanggal 30 Mei Nabila dilaporkan meninggal dunia dan kasusnya viral di media sosial tanggal 7 Juni 2024.

Kesimpulannya, lanjut dia, pihak sekolah hingga saat ini belum menemukan adanya bullying berupa fisik. Adapun kasus menggendong ketika terjadi di kelas 10 menurutnya itu dilakukan secara bergantian.

“Hasil telusur kami tidak ada yang mengarah ke bullying fisik. Untuk yang menggendong terjadi di kelas 10, setelah kami gali info dari teman-temannya itu dilaksanakan bergantian antara siswa A dan N. Dari sisi verbal kami masih verifikasi apakah candaan yang dulu oleh siswa A apakah menjurus ke bully, kami masih komunikasi dengan Dinas Perlindungan Anak,” tandasnya.

Rizki Oktaviani
Editor