Sama halnya dengan Haruki Murakami, yang sempat berhenti menulis beberapa tahun untuk fokus pada musik dan berlari. Ketika kembali, ia justru menghasilkan karya monumental seperti Kafka on the Shore.

Jadi, masa kebuntuan bisa jadi ajang introspeksi: apakah tulisanmu masih mencerminkan dirimu? Apakah kamu masih menulis dengan hati atau cuma karena tuntutan?

Gunakan Masa Blok Sebagai “Jeda Kreatif”

Daripada stres karena merasa nggak produktif, kenapa nggak memanfaatkan masa ini buat eksplorasi hal lain? Ada banyak cara buat memulihkan energi kreatif, misalnya:

  • Baca genre lain. Kalau kamu biasanya nulis fiksi, coba baca nonfiksi atau puisi. Kadang inspirasi muncul dari tempat yang nggak terduga.
  • Eksperimen gaya menulis. Ubah sudut pandang, gaya narasi, atau format tulisan. Siapa tahu kamu menemukan gaya baru yang lebih kamu banget.
  • Jalan-jalan atau ngobrol dengan orang baru. Dunia nyata adalah sumber ide tak terbatas.
  • Tulis tanpa target. Biarkan kata-kata mengalir tanpa peduli hasilnya. Kadang karya terbaik muncul dari tulisan yang “asal jadi” dulu.

Ingat, nggak semua waktu diam itu berarti berhenti. Kadang, itu cuma bentuk lain dari pertumbuhan.

Ubah Mindset: Dari “Aku Lagi Blok” Jadi “Aku Lagi Pulih”

Kata-kata punya kekuatan besar, termasuk cara kita mendeskripsikan kondisi diri sendiri. Kalau kamu terus berkata, “Aku lagi stuck”, otak akan memvalidasi itu dan semakin sulit bergerak. Tapi kalau kamu mengubahnya jadi “Aku sedang dalam proses pemulihan kreatif”, perspektifmu ikut bergeser.

Ananditha Nursyifa
Editor