Menurut keterangan yang diberikan oleh Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan) Kementrian Pertanian, Nuryani Zaenuddin, ada salah satu tradisi di salah satu wilayah Gunungkidul yang diduga menjadi faktor yang meningkatkan resiko terjadinya anthraks.
“Mereka mengkonsumsi dan membagi hewan yang sudah mati atau hewan yang sudah kelihatan sakit, kemudian mereka sembelih lalu membagikannya secara gratis kepada tetangga-tetangganya, nah itu yang disebut sebagai mbradu atau purak.” jelas Nutyani.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, mengatakan bahwa tradisi ini dilakukan warga sebagai bentuk gerakan warga untuk mengganti rugi ketika ada ternak yang mati atau sakit kemudian dikonsumsi bersama.
Dalam tradisi ini, kadang dagingnya juga dijual murah dan uangnya diberikan untuk membantu pemilik sapi.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan