Misalnya:
- Orang A: “Deadline-nya mepet, tapi aku yakin bisa selesai.”
- Orang B: “Deadline-nya gila banget, mana mungkin selesai tepat waktu!”
Persepsi ini sangat subjektif dan dipengaruhi oleh pengalaman, kepribadian, serta kemampuan individu. Artinya, satu situasi yang sama bisa dirasakan beda oleh dua orang.
3. Respons Stres: Reaksi Tubuh dan Pikiran
Kalau lingkungan kerja dan persepsi individu udah bikin “korsleting,” respons stres bakal muncul. Respons ini bisa berupa:
- Fisik: Misalnya sakit kepala, kelelahan, atau susah tidur.
- Mental: Kesulitan berkonsentrasi, overthinking, atau cemas.
- Emosional: Mudah marah, frustrasi, atau bahkan merasa nggak berguna.
ISR Model membantu kita menyadari bahwa stres nggak cuma ada di pikiran, tapi juga berdampak ke tubuh dan emosi kita.
Contoh Penerapan ISR Model di Dunia Kerja
Kasus 1: Pegawai Kantoran dengan Deadline Ketat
- Lingkungan kerja: Deadline pendek dan tugas menumpuk.
- Persepsi individu: Kalau pegawai ini punya mindset “aku nggak akan bisa selesai,” stres akan meningkat. Tapi kalau dia berpikir “aku cuma perlu fokus dan menyelesaikannya satu per satu,” tingkat stresnya bisa lebih rendah.
- Respons stres: Kalau stres nggak dikelola, bisa muncul gejala seperti kelelahan dan overthinking.
Kasus 2: Tenaga Medis di Rumah Sakit
- Lingkungan kerja: Jam kerja panjang dan pasien yang terus berdatangan.
- Persepsi individu: Ada yang melihat ini sebagai tantangan mulia, ada juga yang merasa kewalahan.
- Respons stres: Bisa berupa burnout, kecemasan, atau bahkan kehilangan motivasi kerja.
Dengan memahami ISR Model, organisasi bisa membantu pekerja mengelola stres, misalnya dengan memberikan pelatihan manajemen stres atau menciptakan lingkungan kerja yang lebih nyaman.
Lalu, Gimana Cara Mengelola Stres Kerja?
Halaman
Tag Terkait:
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan