“Masyarakat yang biasa makan di Cireundeu itu ketela biarkan, yang biasa makan nasi biarkan. Namun kan padi berkurang karena peralihan lahan, nah diservikasi pangan harus dilakukan bisa porang atau sergum. Sebab itu indigenous knowledge harus dikembangkan dan ini peran perguruan tinggi melakukan sosialisasi disamping UMKM. Dan karena perguruan tinggi dihuni generasi milenial, mereka tidak mengenal makanan umbi-umbian sehingga pihak perguruan tinggi harus melakukan sosialisasi,” tutupnya.
Sementara itu Ketua Prodi Magister Teknik Pangan Unpas Prof.Dr.Ir.Tien R. Muchtadi, M.Sc menyampaikan peringatan hari pangan ini tercetus oada tahun 1979 di Roma. Pada saat itu VAO penyelenggaranya dengan VDA dan Unicef mengakui disana tengah terjadi krisis pangan maka ahli pangan sedunia menyatakan tanggal 16 Oktober hari pangan.
“Kegiatan ini untuk menyentuh seluruh lapisan masyarakat, bersama kita mengatasi krisis pangan juga stunting. Kenapa ? Karena ternyata kita lihat banyak indigenous knowledge ada di perguruan tinggi. Nah ini kenapa belum disentuh kearifan lokal,” ujarnya.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan