“Kami menghargai usaha bersama dari para pemangku kepentingan, kondisi sumbing sungguh benar-benar berarti dan jadi kunci utama keberhasilan layanan Smile Train. Kami sangat bangga bahwa layanan kesehatan untuk anak dengan sumbing sekarang lebih terjangkau dan aman dan kami akan terus melakukan upaya berkelanjutan termasuk membasmi stigma yang keliru di masyarakat tentang anak dengan kondisi sumbing,” kata Ruth.

Terdapat kasus-kasus dimana anak dengan bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut mengalami isu kesehatan mental dikarenakan stigma yang menyertai kondisi fisik mereka yang berbeda.

Mereka mengalami ejekan, cibiran, dan pengasingan dari lingkungannya karena kurangnya informasi tentang sumbing. Hal tersebut dapat menyebabkan kurang rasa percaya diri, perasaan malu, rasa benci terhadap diri sendiri, dan rasa putus asa terhadap hidup para pengidap.

Namun, Smile Train Indonesia bersama para mitra termasuk Yayasan Senyum Bali bekerja tak hanya untuk memperbaiki kondisi fisik, namun juga memberi asupan emosional melalui aktivitas yang memungkinkan para pasien untuk menemukan minat dan bakat terpendam di bidang musik atau seni.