“Kami benar-benar menggerakkan badan supaya rasa (berperan) itu keluar. Karena kalau cuma duduk aja, rasanya enggak akan keluar,” katanya di konferensi pers, 2 Juni 2025.
Bayangin aja, selama tiga minggu penuh, Denny dan para pengisi suara lainnya harus masuk ke dalam karakter mereka bukan hanya lewat suara, tapi juga lewat gerakan tubuh, ekspresi, bahkan energi fisik. Jadi bisa dibilang, ini bukan sekadar ngisi suara, tapi beneran “jadi karakter”-nya!
Dan karena animasinya belum jadi saat mereka take voice, mereka harus membayangkan suasana, situasi, dan gestur karakter. Jadi semacam akting di dunia bayangan, yang tentu nggak mudah, tapi justru bikin pengalaman ini jadi lebih intens dan emosional.
Riset Karakter: Bukan Sekadar Baca Naskah
Tiap karakter punya jiwa, dan buat menyatu dengan jiwa karakter Panji Tengkorak, Denny dan timnya melakukan riset mendalam. Mereka pelajari komik aslinya karya Hans Jaladara, cari tahu persona Panji—gimana dia bicara, bergerak, sampai mikir.
Proses ini bisa dibilang kayak “membongkar naskah keramat” karena mereka harus menghidupkan kembali tokoh yang udah jadi legenda komik silat Indonesia sejak era 1960-an. Dan kalau kamu tahu gaya Panji yang kelam, penuh trauma masa lalu, tapi tetap heroik, kamu pasti paham bahwa karakter ini bukan karakter yang bisa diambil setengah-setengah. Harus totalitas!
Tinggalkan Balasan