Di sisi lain, Jais Darga memepersilahkan Ahda untuk mengetahui kehidupannya lebih dekat. Bukan hanya karirnya sebagai art dealer, namun juga kehidupa pribadinya. Bahkan dengan ibunya.

“Bahkan saya mengenal ibu saya, melalui buku ini. Demikian juga denga ibu saya, mengenal saya lebih jauh dari buku ini,” terang Jais.

Jais juga menceritakan, bagaimana sang ibu menangis setelah membaca buku ini, karena menegtahui apa yang dirasakan Jais, demikian juga sebaliknya.

Menurut Jais, sebenarmya niat awal membuat buku ini, hanya untuk kebutuhan dokumentasi keluarga besar. Bahkan awalnya hanya dicetak sebanyak 500 copy, hanya untuk memenuhi kebutuhan minimal pencetakan buku.

“Ini awalnya hanya untuk keluarga dekat, dan untuk Mamih,” katanya.

Tak disangka, buku ini ditermia masyarakat luas, bahkan sekarang terjual laris di pasaran.

Ada kepuasan dalam diri Jais Darga setelah berhasil meraih kesuksesan yang ditandai dengan kemandirian finansial dan bagaiamana pencapaianya di dunia yang digelutinya, sehingga tidak bisa dinilai dengan materi. Karena awalnya, apa yang dia lakukan ini hanya untuk menyenangkan ibunya.

Rizki Oktaviani
Editor