Dysphoria bukan sekadar rasa tidak puas biasa. Jika dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini bisa berdampak serius terhadap kesehatan mental remaja, seperti:
- Depresi dan Kecemasan: Perasaan tidak diterima atau tidak cocok dengan diri sendiri bisa menurunkan harga diri.
- Isolasi Sosial: Banyak remaja menarik diri karena takut dihakimi atau tidak dipahami.
- Bullying dan Diskriminasi: Terutama bagi remaja dengan gender dysphoria, risiko perundungan di sekolah cukup tinggi.
- Penurunan Prestasi Akademik: Kesulitan fokus dan stres emosional sering berdampak pada motivasi belajar.
Menurut WHO (2025), sekitar 35% remaja dengan dysphoria mengalami gejala depresi sedang hingga berat, dan sebagian besar belum mendapatkan dukungan profesional.
Dukungan yang Diperlukan: Dari Rumah, Sekolah, dan Profesional
Menghadapi dysphoria membutuhkan dukungan yang menyeluruh. Berikut beberapa bentuk dukungan yang penting:
- Konseling Psikologis: Terapi individual atau kelompok dapat membantu remaja memahami dan menerima dirinya.
- Peran Keluarga: Lingkungan rumah yang terbuka, empatik, dan tidak menghakimi menjadi faktor protektif utama.
- Sekolah yang Inklusif: Guru dan konselor sekolah perlu menciptakan ruang aman bagi siswa untuk mengekspresikan diri.
- Program Afirmasi Identitas: Terutama bagi remaja dengan gender dysphoria, afirmasi identitas membantu mereka merasa diakui dan dihargai.
- Akses ke Informasi yang Aman: Edukasi mengenai identitas, kesehatan mental, dan perubahan tubuh perlu disampaikan dengan bahasa yang ramah dan tidak menakut-nakuti.
Pemerintah Indonesia sendiri, melalui Kementerian Kesehatan (2025), sedang memperkuat program layanan kesehatan mental remaja di Puskesmas dengan menyediakan psikolog remaja dan ruang konseling aman.
Lingkungan dan Kebijakan yang Lebih Ramah Remaja
Masalah dysphoria tidak bisa diselesaikan hanya oleh individu atau keluarga. Lingkungan sosial dan kebijakan publik juga punya peran besar. Sekolah, lembaga kesehatan, dan komunitas perlu bekerja sama menciptakan sistem yang lebih inklusif dan edukatif.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan