“Banyak guiding block yang rusak karena dijadikan parkir liar. Kan sayang ya, satu pihak memperbaiki, di pihak lain malah merusak. Kita harus ciptakan masyarakat yang inklusif dan harus saling menghormati, menghargai hak-hak orang lain,” ungkapnya.
Menurutnya, pembangunan trotoar inklusif di Kota Bandung sudah ada meski belum sempurna 100 persen. Setiap Jumat, ia juga kerap bersama Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) meninjau yang perlu diperbaiki.
“Alhamdulillah pembangunan trotoar sudah sangat signifikan. Kami butuh kolaborasi dan integrasi antar OPD. Ada yang membenahi trotoar, ada yang menertibkan parkir serta PKL agar ini menjadi jalur yang bebas hambatan bagi para pejalan kaki,” harapnya.
Sementara itu, Hani Hadiani, Pengurus dan Pengajar Indonesia Ramah Lansia (IRL) menuturkan, ia bersama 15 orang lansia dari Kecamatan Bandung Wetan ikut mengampanyekan trotoar inklusif.
“Sepanjang jalan tadi ternyata banyak motor dan mobil yang parkir liar. Kami juga bantu mengimbau agar para PKL tidak berjualan di atasnya,” tutur Hani.
Tinggalkan Balasan