Fenomena ini bisa muncul di mana saja — sekolah, kampus, hingga kantor. Berikut beberapa cirinya:
- Komentar merendahkan atau sinis. Seperti, “Ah, nggak usah terlalu bangga, biasa aja kali,” atau “Cuma beruntung doang, nggak usah lebay.”
- Sikap ‘jangan terlalu menonjol’. Orang di sekitarmu menyarankan kamu buat lebih ‘rendah hati’, padahal mereka sebenarnya nggak nyaman melihatmu sukses.
- Prestasi dianggap ancaman. Alih-alih bangga, orang lain malah merasa terintimidasi dengan pencapaianmu.
- Tekanan buat menyamarkan kesuksesan. Kamu jadi takut cerita soal pencapaian karena takut dianggap pamer.
Di sekolah, siswa berprestasi bisa dijauhi oleh teman-temannya. Di kampus, mahasiswa aktif sering dicap ‘cari muka’. Di kantor, karyawan produktif justru jadi target gosip. Semuanya berakar dari rasa tidak nyaman orang lain terhadap keberhasilanmu.
Kenapa Tall Poppy Syndrome Bisa Terjadi?
Halaman
Tag Terkait:
Tinggalkan Balasan