Penderita agorafobia sering merasa tidak nyaman atau bahkan takut berada di tempat-tempat yang menurut kebanyakan orang biasa saja, seperti mal, transportasi umum, atau jalan-jalan sendirian.

Ketakutan ini bukan karena tempat atau masalah itu sendiri, tetapi lebih karena perasaan terjebak dan tidak dapat mengendalikan situasi tersebut.

Biasanya, agorafobia sering dikaitkan dengan serangan panik , di mana penderita merasa cemas begitu besar hingga mereka merasa tidak mampu menangani situasi tersebut.

Akibatnya, mereka sering menghindari tempat-tempat yang memicu kecemasan ini, bahkan sampai pada titik di mana mereka takut untuk keluar rumah .

Gejala-Gejala Agorafobia

Agorafobia bukan sekedar perasaan cemas yang biasa, dan gejalanya bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang. Berikut ini adalah beberapa gejala umum yang sering dialami penderita agorafobia:

  1. Kematian Berada di Tempat Terbuka Orang dengan agorafobia sering merasa takut berada di tempat-tempat terbuka seperti taman, alun-alun, atau bahkan sekadar berjalan di jalan besar. Mereka merasa rentan dan tidak aman di tempat-tempat tersebut.
  2. Takut Keramaian Tempat-tempat yang ramai seperti mal, pasar, atau konser bisa menjadi mimpi buruk bagi penderita agorafobia. Mereka cenderung merasa terjebak atau khawatir tidak bisa melarikan diri jika terjadi sesuatu yang membuat mereka panik.
  3. Takut Menggunakan Transportasi Umum Penderita agorafobia sering kali menghindari transportasi umum , seperti bus, kereta, atau pesawat. Mereka khawatir tidak bisa segera keluar dari kendaraan jika mereka mulai merasa panik.
  4. Khawatir Perjalanan Sendirian Berpergian sendirian, bahkan untuk jarak dekat, bisa memicu rasa takut yang intens. Mereka merasa lebih aman saat ditemani orang lain, yang bisa memberikan dukungan saat kecemasan datang.
  5. Serangan Panik:  Gejala fisik seperti detak jantung cepat, sesak napas, pusing, atau berkeringat adalah tanda-tanda serangan panik yang sering dialami penderita. Perasaan ini muncul tiba-tiba dan bisa sangat menakutkan.
  6. Menghindari Tempat atau Situasi Tertentu: Karena ketakutan ini begitu kuat, penderita sering kali menghindari situasi-situasi yang mereka anggap bisa memicu kecemasan. Mereka mungkin menolak pergi ke tempat yang jauh, tidak ingin keluar rumah, atau bahkan menghindari pekerjaan atau aktivitas sosial.

Apa Penyebabnya?

Agorafobia berkembang karena kombinasi faktor biologi dan psikologis . Seperti banyak gangguan kecemasan lainnya, penyebabnya tidak bisa terjadi pada satu hal saja, melainkan gabungan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap munculnya gangguan ini.

  1. Faktor Biologis: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fobia ini bisa saja dipengaruhi oleh genetik . Jika ada anggota keluarga yang juga mengalami gangguan kecemasan atau fobia, risiko seseorang untuk mengalami agorafobia bisa meningkat.
  2. Gangguan Keseimbangan Kimia Otak: Ketidakseimbangan zat kimia tertentu dalam otak, seperti serotonin, juga bisa berperan dalam perkembangannya. Serotonin adalah neurotransmitter yang membantu mengatur suasana hati dan rasa cemas. Ketika kadar serotonin tidak seimbang, ini bisa menyebabkan perasaan cemas yang berlebihan.
  3. Trauma atau Pengalaman Buruk Pengalaman traumatis, seperti serangan panik di tempat umum atau peristiwa berputar, dapat memicu perkembangannya. Penderita sering kali mulai bertengkar di tempat atau situasi tertentu dengan perasaan takut dan berusaha menghindarinya di masa depan.
  4. Gangguan Kecemasan Lain: Fobia ini juga sering muncul bersamaan dengan gangguan kecemasan lainnya, seperti gangguan panik atau gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Penderita yang sudah memiliki gangguan kecemasan sering kali lebih rentan terhadap agorafobia.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Ananditha Nursyifa
Editor