Hal ini termasuk kebijakan penanaman mangrove, pengurangan deforestasi, peningkatan penggunaan energi terbarukan, dan adaptasi perubahan iklim.
Mangrove, khususnya, telah mendapat perhatian khusus dengan rencana replanting mencapai 600 ribu hektare.
Langkah restorasi hutan mangrove di bibir pantai sangat efektif untuk mencegah tenggelamnya pulau-pulau kecil akibat perubahan iklim. Mangrove memiliki akar yang kuat yang mampu menahan abrasi air laut.
Pada sisi lain, Indonesia juga menjalin kerja sama dengan negara-negara lain, termasuk Uni Emirat Arab (UEA) dalam pengembangan energi terbarukan. Kerja sama ini mencakup sumber energi seperti solar, hidro, dan geothermal.
Menko Luhut menyampaikan, “Kita punya potensi clean energy sebesar 3.600 GW, termasuk solar panel.” Dengan pencapaian ini, Indonesia kini mempersiapkan diri untuk menduduki posisi kuat dalam KTT AIS 2023 yang akan datang.
Dilansir dari indonesia.go.id, dengan pencapaian dan inisiatif yang telah dilakukan, Luhut menekankan bahwa Indonesia siap untuk mengajak negara-negara kepulauan lainnya dalam kerja sama mengatasi perubahan iklim.
Dengan kepemimpinan yang kuat dan visi yang jelas, Indonesia berada di jalur yang benar untuk memimpin perubahan positif di kawasan Asia Tenggara dan di seluruh dunia.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan