“Dulu kita tertinggi angka stuntingnya. Padalah itu kurang tinggi karena faktor genetik tidak ujug-ujug stunting, gagalnya pertumbuhan permasalahan gizi yg krusial. Nah ini masalah stunting ini kan kegagalan tumbuh kembang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan secara liner pada baita akibat dari akumulasi ketidakcukupan gizi dan nutrisi yang berlangsung dalam cukup lama yang terjadi pada setidaknya 1000 pertama kehidupan,” jelas Iya.
Lanjut Iya, sejak ada inovasi “Sigadisting” sigernitas pencegahan deteksi dini stunting tahun 2021, Kelurahannya keluar dari zona tertinggi stunting, kini diangka 2,5% dari 39,19%.
“Sigadiating ini, kita mulai pembinaan, sosialisai dan edukasi ke catin (calon pengantin) sebelum nikah mereka agar diperiksakan kesehatannya termasuk tes HIV AIDS,” jelasnya lagi.
Tinggalkan Balasan