Nah, yang bikin toxic masculinity berbahaya adalah dampak negatifnya. Pertama, ini bisa bikin kamu susah buat ngungkapin perasaan dan emosi kamu dengan jujur. Padahal, mengekspresikan emosi itu hal yang wajar dan malah bikin kamu sehat! Nangis itu bukan tanda kelemahan, tapi menunjukkan kita sebagai manusia yang punya perasaan.

Kedua, toxic masculinity juga menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi dan membangun hubungan yang sehat dengan teman-teman atau pasangan. Kamu jadi cenderung menutup diri dan gak bisa menghargai perasaan orang lain.

Ketiga, ini juga mempengaruhi kesehatan mental kamu, lho! Harus terus menerus menutup perasaan dan menghadapi tekanan tanpa keluar dari comfort zone bisa menyebabkan stres dan kecemasan yang berlebihan. Di beberapa kasus orang yang ngalamin hal kayak gini memilih untuk mengakhiri hidupnya karena tekanan yang terus datang dari segala arah.

Mengapa Harus Lepaskan Pola Pikir Toxic Masculinity?

Para cowok, saatnya kamu melepaskan pola pikir toxic masculinity! Kenapa? Karena selain dampak negatif di atas, hal ini membatasi pertumbuhan kamu sebagai individu yang seutuhnya. Saat kamu lepaskan, kamu bisa lebih merdeka untuk menjadi diri sendiri tanpa takut dinilai oleh standar yang nggak realistis.

Selain itu, dengan melepaskan toxic masculinity, kamu bisa jadi teman, sahabat, atau pasangan yang lebih baik. Kamu akan lebih bisa mendengarkan dan berempati terhadap orang lain, termasuk perempuan. Kamu juga jadi bisa bersikap lebih adil dan menghargai kontribusi mereka dalam kehidupan.

Langkah Menghadapi Toxic Masculinity

Toxic Masculinity
theconversation.com

Nggak gampang memang melepaskan pola pikir yang sudah tertanam lama, tapi berikut ada beberapa langkah yang bisa kalian coba:

1. Mengakui perasaan

Jangan takut untuk mengakui dan mengekspresikan perasaan kamu. Itu bukan tanda kelemahan, tapi keberanian.

2. Ajarkan generasi mendatang

Mari ajarkan adik-adik atau anak-anak kamu untuk melepaskan toxic masculinity. Jadi, mereka nggak bakal tumbuh dengan pola pikir yang sama.

3. Mendengarkan perempuan

Dengarkan dan hargai pendapat perempuan, baik itu di tempat kerja, di rumah, atau di lingkungan sosial. Mereka punya perspektif berharga yang perlu kita hargai.

Ananditha Nursyifa
Editor