“Alhamdulilah seluruh RW sudah memilah sampah. Kita juga melibatkan LPM, RW, PKK, Karang Taruna, dan masyarakat,” ujarnya.

Selain dengan pembakaran sampah tanpa residu, program Pazero Waste sendiri, kata Zimmi, dimulai dari penyerapan sampah organik dapur (SOD) peruntukan pakan rumah magot. Saat ini, mini plasma magot sudah menyerap sekitar 20 kg SOD per hari.

“Sedangkan sampah SOD yang diambil masing-masing RW se-keluharan per hari ini mencapai 200 per kg. Kami mempunyai solusinya yaitu membangun mini plasma magot yang ditempatkan di RW,” ujarnya.

Lanjutnya, rencana tahun ini akan ada 8 mini plasma di 8 RW. Sehingga kelebihan SOD yang belum terserap saat ini ada 150 kg nanti akan terserap oleh mini plasma dengan kapasitas 1 hari 20 kg SOD.

“Satu mini plasma 20 kg SOD jadi kalau ada 8, 160 kg SOD akan terserap habis dalam satu hari. Lalu untuk bank sampah kami dari RW 1 sampai RW 12 semua aktif jadi sampah plastik juga sudah kita manfaatkan,” pungkasnya.

Sebelum ada Pazero lanjutnya, rata-rata per hari sampah dibuang ke TPS 1 gerobak sekitar 300-400 kg per 8 RW bergantian dibuang.