“Karena memang (perusahaan) sudah terus merugi, jadi secara bertahap sudah ada pengurangan (karyawan),” imbuhnya.

Menyikapi hal tersebut Teppy menegaskan untuk mendorong perusahaan memenuhi hak karyawannya yang terkena PHK.

Di tengah kerugian perusahaan dan tantangan industri alas kaki yang makin banyak, perusahaan tak mampu lagi mempertahankan pabrik tersebut untuk tetap dibuka. Kendala bisnis sangat nyata dirasakan Sepatu Bata sejak pandemi.

Sudah empat tahun terakhir perusahaan berusaha bertahan di tengah-tengah kerugian dan tantangan industry.

Hingga 2023, perusahaan masih mencatat minus pada kinerja keuangannya. Keuangan Bata masih berdarah-darah. Dilansir dari laporan keuangan konsolidasian yang diunggah perusahaan pada Keterbukaan Informasi BEI, Sepatu Bata mencatat kerugian sebesar Rp 188,41 miliar di tahun 2023.

Kerugian ini naik hingga 75,83% atau sekitar Rp81,12 miliar dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp107,15 miliar. Sementara itu penjualan total selama tahun 2023 juga mengalami penurunan 5,2% menjadi Rp 609,61 miliar. Kemudian, beban usaha menjadi Rp 380,55 miliar, turun tipis 0,74% dari tahun sebelumnya.

Rizki Oktaviani
Editor