Oleh karena itu, mereka sering membaca doa atau melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari kesialan.
Beberapa tindakan pencegahan yang umumnya diambil termasuk menghindari memecahkan cermin, tidak berjalan di bawah tangga, dan berusaha untuk tidak melewati jalan di depan kucing hitam.
Friday the 13th menjadi salah satu contoh bagaimana kepercayaan mistis dan supranatural masih memengaruhi budaya dan tindakan sebagian masyarakat, meskipun banyak dari kita mungkin menganggapnya sebagai mitos semata.
Asal Muasal Friday the 13th
Asal usul Friday the 13th yang dianggap sebagai tanggal sial tidaklah begitu jelas. Ada beberapa teori dan cerita yang berkembang mengenai asal usulnya.
Beberapa orang mengklaim bahwa asal usulnya dapat ditelusuri hingga Kode Hammurabi, salah satu kode hukum tertua yang diterbitkan sekitar tahun 1700 SM.
Dalam kode tersebut, tidak ada hukum nomor 13, dan inilah yang mungkin menjadi sumber persepsi bahwa angka 13 adalah angka yang harus dihindari karena dianggap sial.
Namun, pada kenyataannya, terdapat perdebatan mengenai kesalahan penerjemahan yang menghilangkan satu baris teks yang mungkin berisi hukum ke-13.
Selain itu, asal usul lainnya berasal dari budaya Barat. Budaya Barat sering kali menganggap angka 12 sebagai angka yang melambangkan kelengkapan, seperti 12 bulan dalam kalender atau 12 dewa Olimpus dalam mitologi Yunani.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan