Kata Ledia, anak-anak muda tersebut harus didorong karena secara umum mereka native (alami) menerima digital tapi banyak yang tidak punya kesempatan untuk kursus editing video.
“Jadi kita mendorong supaya mereka juga memahami AI sebagai bagian untuk pembelajaran, mereka juga paham editing video supaya literasi digitalnya juga kuat. Kalau mereka tahu, bisa melihat video ini bagian edit dan bukan konten aslinya. Mereka jadi lebih faham bahwa mungkin atau kemudian bisa jadi hoak dan lain sebagainya, yang paling penting didorong untuk posting positif dengan kualitas yang baik,” paparnya.
Masih kata Ledia, pelatihan ini bukan untuk membatasi konten yang ingin ditampilkan. Akan tetapi ada banyak konten kebaikan atau positif yang belum bisa disampaikan.
“Bukan berarti ini gak boleh, itu gak boleh bukan. Tapi justeru ini ada hal positif yang belum terangkat. Karena kecenderungan kita lebih senang yang konflik, yang rame, berantem. Nah disini jadi tahu gimana caranya supaya kita bisa membuat konten-konten yang positif tapi menarik dan memberikan pengetahuan,” ungkapnya lagi.
Tinggalkan Balasan