Mereka merasa nyaman berada di lingkungan sosial, tapi cepat lelah jika harus terus berbicara. Sebaliknya, mereka juga merasa hampa jika terlalu lama sendirian.

Chen kemudian menamai kelompok ini sebagai “otroverts”, dari kata otro (yang berarti “lain” atau “yang lain” dalam bahasa Spanyol), sebagai simbol dari kepribadian yang berada di luar dua spektrum klasik tadi.

Fenomena ini juga diperkuat oleh penelitian tim dari Tokyo Institute of Psychology yang menemukan bahwa otak otrovert menunjukkan aktivitas yang seimbang antara area yang mengatur empati sosial (seperti pada extrovert) dan area yang berkaitan dengan refleksi diri (seperti pada introvert). Jadi secara biologis, mereka memang punya blend unik di antara keduanya.

Kenapa Otrovert Relevan di Zaman Sekarang?

Kehadiran istilah otrovert dianggap sebagai respons terhadap perubahan sosial pasca-pandemi dan meningkatnya budaya remote working. Kita jadi lebih menghargai kehadiran orang lain tanpa harus selalu terlibat dalam percakapan. Bahkan banyak orang yang menemukan kedamaian dengan sekadar berada di ruang kerja bersama tanpa saling bicara.

Ananditha Nursyifa
Editor