Hal ini memberi keyakinan pemerintah bahwa penjaminan yang diberikan untuk utang kereta cepat tidak akan membebani APBN.
Pembiayaan proyek KCJB sendiri telah mengalami pembengkakan yang cukup signifikan. Dari biaya awal sekitar US$ 5,5 miliar, angka tersebut terus melonjak hingga mencapai US$ 7,27 miliar.
Pembengkakan biaya tersebut salah satunya ditutup dengan menambah utang dari China melalui China Development Bank (CDB). Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperkirakan tambahan utang yang harus dikeluarkan mencapai US$ 550 juta atau sekitar Rp 8,5 triliun.

Dalam konteks lain, masyarakat tentu bertanya-tanya mengenai nasib Kereta Api Argo Parahyangan, terutama setelah operasional KCJB. Jokowi menegaskan bahwa Argo Parahyangan akan tetap beroperasi sebagai salah satu pilihan transportasi masyarakat.
Tinggalkan Balasan