Akibat serangan udara berkelanjutan dan blokade Israel yang menyeluruh, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyatakan keraguan mengenai kelayakan evakuasi skala besar seperti itu. AS juga memberi tanggapan, dengan Gedung Putih menyebut direktif evakuasi sebagai “permintaan yang sulit”.
Bagian utara Jalur Gaza mencakup pemukiman terbesarnya, Kota Gaza. Menurut PBB, Israel bertujuan agar penduduknya melintasi rawa-rawa yang memisahkan enklave.
Namun, Israel menuduh Hamas sengaja menempatkan diri di daerah-daerah sipil, secara efektif menggunakan mereka sebagai perisai manusia.
Dalam interaksi diplomatik yang signifikan, Mahmoud Abbas, Presiden Otoritas Palestina dan rival terkenal Hamas, mendiskusikan situasi tersebut dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Yordania.
Abbas mengingat kenangan mengerikan tahun 1948 ketika banyak warga Palestina dipaksa keluar atau melarikan diri dari wilayah yang kini diakui sebagai Israel. Banyak penduduk Gaza saat ini adalah keturunan pengungsi tersebut.
Situasi berlangsung saat dialog internasional berfokus pada penyediaan bantuan untuk Gaza dan pembentukan zona aman. Hal ini di tengah kekhawatiran bahwa konflik dapat meluas melewati perbatasan regional.
Iran, yang memiliki aliansi dengan Hamas dan Hezbollah yang kuat di Lebanon, mengeluarkan peringatan keras yang menunjukkan potensi keterlibatan sekutunya dalam konflik.
Tinggalkan Balasan