Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengalami kondisi ini, antara lain:
- Pengalaman Trauma Masa Lalu
- Orang yang pernah mengalami trauma, seperti kekerasan emosional atau pengabaian, cenderung mengembangkan empati berlebihan sebagai bentuk mekanisme bertahan.
- Pola Asuh yang Mendorong Sensitivitas Berlebih
- Jika sejak kecil seseorang diajarkan untuk selalu mengutamakan perasaan orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri, maka ia bisa tumbuh menjadi individu dengan empati berlebihan.
- Neurobiologi Otak
- Beberapa penelitian menunjukkan bahwa otak orang dengan Hyperempathy Syndrome memiliki aktivitas yang lebih tinggi di bagian yang mengatur empati dan emosi.
Perbedaan Antara Empati Sehat dan Hyperempathy
Meski terdengar mirip, empati sehat dan Hyperempathy Syndrome sebenarnya sangat berbeda. Berikut perbedaannya:
Empati Sehat | Hyperempathy Syndrome |
---|---|
Bisa memahami emosi orang lain tanpa harus ikut terbebani. | Terlalu menyerap emosi orang lain hingga mempengaruhi kesejahteraan diri sendiri. |
Mampu menetapkan batasan emosional yang jelas. | Sulit memisahkan antara emosi sendiri dan emosi orang lain. |
Tidak merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan atau kesedihan orang lain. | Merasa harus selalu membantu dan memikul beban emosi orang lain. |
Bisa mengontrol emosi dan tetap berpikir rasional. | Cenderung mudah stres, cemas, atau overthinking. |
Dampak Hyperempathy Syndrome dalam Kehidupan Sosial dan Kesehatan Mental
Halaman
Tag Terkait:
Tinggalkan Balasan