“Bu Mega kala itu menolak pencalonan Soeharto menjadi presiden, satu-satunya perempuan, ketua partai, satu-satunya anggota DPR RI. Nah karena Ibu Megawati Soekarno Putri melawan kediktatoran Soeharto maka saat itu ibu mengalami tekanan yang luar biasa dan tahun 1992 terjadi pergolakan yang memang partai ini menjadi pecah di mana dukungan terhadap Bu Mega semakin besar,” kisahnya.

Kala itu lanjut Ahmad, Megawati mendapat dukungan oleh rakyat yang menginginkan negara ini demokrasi dan memberikan kebebasan berpendapat serta menentukan pilihan.

“Itu lah gerak langkah bu Mega, jadi kalau bicara reformasi partai ini sudah mereformasi sejak tahun 1992 terus peristiwa gambir tahun 1995 dan peristiwa kuda tuli tahun 1996, perjalanan ini lah membuat partai ini sangat dewasa sangat paham tentang bagaimana dinamika persoalan demokratisasi di republik ini,” tuturnya.

Untuk hari ini sendiri kata Ahmad, PDIP akan menghadapi sebuah dinamika yang akan terulang di era order baru. Pihaknya sudah siap menghadapi hal semacam itu.

Ahmad juga menegaskan bahwa partainya tidak kaleng-kaleng menghadapi tidak hanya cuap belaka, mengatakan bahwa partai ini hanya memberikan janji politik terhadap rakyat.