Sisi positif:
- Kamu punya empati tinggi dan mudah mencintai dengan tulus.
- Kreatif, imajinatif, dan peka terhadap emosi orang lain.
- Mampu melihat keindahan dalam hal-hal kecil, termasuk cinta.
Sisi negatif:
- Mudah kecewa ketika realita nggak sesuai ekspektasi.
- Sering menoleransi perilaku buruk pasangan demi menjaga “romantisme”.
- Cenderung bergantung secara emosional pada pasangan.
Psikolog Dr. Jennifer Rhodes (MindBodyGreen, 2025) menulis bahwa menjadi hopeless romantic tanpa keseimbangan bisa membuat seseorang kehilangan kontrol diri. Cinta memang indah, tapi terlalu idealistik bisa membuat kita sulit membedakan antara cinta sejati dan ilusi emosional.
Cara Mengatasinya: Tetap Romantis, Tapi Sehat!
Nggak ada yang salah dengan jadi hopeless romantic — asal kamu tetap punya batasan sehat. Berikut beberapa cara untuk menyeimbangkannya:
- Sadari ekspektasimu. Nggak semua hubungan akan seperti film romantis, dan itu nggak apa-apa.
- Kenali pasanganmu sebagai manusia nyata, bukan karakter fantasi.
- Kurangi perbandingan. Jangan bandingkan hubunganmu dengan yang ada di media sosial.
- Cintai dirimu dulu. Ketika kamu cukup bahagia sendiri, kamu nggak akan mencari cinta hanya untuk mengisi kekosongan.
- Jaga logika di tengah perasaan. Ingat, cinta yang sehat bukan yang bikin kamu buta, tapi yang bikin kamu tumbuh.
Cinta Sejati Itu Nyata, Tapi Nggak Sempurna
Jadi, apakah salah jadi hopeless romantic? Tentu nggak. Dunia ini butuh lebih banyak orang yang percaya pada cinta dan kehangatan. Tapi, jangan biarkan harapan ideal membuatmu lupa pada realitas. Cinta sejati bukan yang selalu indah, tapi yang tetap bertahan bahkan di hari-hari sulit.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan