“Secara karakteristik kotanya, Melbourne dan Bandung memiliki kesamaan, yakni banyak hotel dan restoran yang menghasilkan sampah makanan setiap harinya. melbourne bahkan pernah tercatat sebagai kota tertinggi penghasil sampah makanan di Australia,” ungkap Zul sapaan akrabnya.

Melalui kompetisi ini, lanjut Zul diupayakan mendorong inovasi di tiga sektor utama yaitu hospitality (katering), pasar, dan maskapai penerbangan.

Ketiga sektor ini memiliki kontribusi besar dalam menghasilkan sampah makanan, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari solusi.

“Misalnya, di sektor katering kita bisa mengembangkan sistem pengelolaan makanan sisa yang lebih efisien. Di pasar, kita bisa memanfaatkan teknologi untuk mendistribusikan makanan yang masih layak konsumsi kepada yang membutuhkan. Di maskapai penerbangan, kita bisa mengurangi food waste dengan sistem pemesanan makanan yang lebih presisi,” bebernya.

Sebagai informasi, adapun peserta challenge yaitu masyarakat Kota Bandung dan Melbourne, baik mahasiswa, pelaku usaha, peneliti, startups, memiliki solusi inovatif yang berkomitmen pada keberlanjutan.

Para peserta akan bekerja sama dalam tim untuk mengembangkan solusi inovatif dalam tema pengurangan sampah di sumbernya, redistribusi pangan, daur ulang dan ekonomi sirkular serta pendidikan masyarakat.

Rizki Oktaviani
Editor