Padahal, budaya Jawa seharusnya dihargai sebagai warisan budaya yang kaya dan kompleks. Ada banyak hal menarik dan makna mendalam di dalamnya, bukan sekadar alat untuk bikin adegan menakutkan.
Perdebatan dan ketidaksetujuan soal masalah ini emang sering banget terjadi. Baik dari pegiat budaya Jawa sampai netizen yang terprovokasi jadi “jawaholic,” suaranya selalu keras dan jelas.
Tapi sayangnya, yang diprotes atau dikritik malah sering cuek aja. Mereka kayak “bodo amat,” karena bagi mereka, yang penting industri film tetap berjalan dan cuan terus mengalir.
Belum Rilis, Film “Primbon” Sudah Menyulut Protes
Isu terbaru yang menyulut protes soal masalah ini adalah film horor Indonesia terbaru berjudul “Primbon” yang bakal keluar tanggal 10 Agustus. Padahal filmnya belum tayang dan jalan ceritanya juga belum diketahui, tapi sepertinya poster ini udah bikin beberapa orang ngerasa tersinggung.
Lho kenapa? Soalnya, di posternya keliatan banget pemakaian atribut kejawaan, kayak kosakata primbon dan pakaian tradisional Jawa. Entah sengaja atau enggak, ini kayak upaya mereka buat bikin film horor pake rumus-rumus yang udah dijelasin sebelumnya.
Jelas dong, ini bikin orang-orang pada protes. Sekarang, teman-teman dari komunitas Jawacana di Jogja lagi sibuk banget, swadaya-swadana, ngadain berbagai acara buat ngangkat citra kejawaan yang sering disalahpahami.
Mereka juga lagi rajin meriset dan menyajikan berbagai hal yang sebelumnya dianggap klenik, syirik, bidah, musyrik, atau mistis, tapi dalam perspektif ilmiah yang bisa dimengerti banyak orang. Tim alumni Sastra Jawa juga lagi ngebedah primbon biar jadi pengetahuan akademik yang berguna. Eh malah dibuat jadi horor lagi.
Padahal, seharusnya kita tahu kalau primbon itu sebenarnya punya makna yang luhur. Itu adalah pengetahuan turun-temurun dari leluhur kita tentang cara menjalani hidup ala budaya Jawa. Mereka lagi berjuang banget supaya primbon bisa jadi alternatif pandangan yang bermanfaat buat mengurai masalah-masalah kehidupan.
Tapi masalahnya, kalau primbon ini diolah oleh industri film horor Indonesia yang lagi superpopuler ini jadi hal yang “seperti dulu lagi,” dengan segala hal mistis, klenik, dan pemahaman bengkok masyarakat tentang kejawaan, maka usaha mereka pun mungkin bakal jadi sia-sia.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan