Program ini bertujuan untuk memberantas kejahatan dan premanisme yang marak pada masa itu, namun cara yang digunakan—yakni dengan penembakan misterius—menyisakan banyak tanda tanya.
Film “Petrus” akan mengupas peristiwa ini dengan menyajikan kesaksian para tokoh yang mengalami langsung dampak dari operasi tersebut. Salah satunya adalah Yudho, yang sahabatnya, Wahyo, menjadi korban dalam peristiwa ini.
Menurut Yudho, Wahyo adalah sosok yang baik dan tidak pantas menjadi target penembakan. Bahkan, sebelum kejadian, Yudho sempat memperingatkan Wahyo untuk berhati-hati karena ia hanya dipakai oleh preman sebagai alat untuk menjalankan bisnis gelap.
Film Dokumenter yang Menyajikan Fakta dan Kesaksian Langsung
Apa yang membuat film “Petrus” semakin menarik adalah pendekatan objektif yang diambil oleh sutradara, Tri Sasongko Hutomo. Dalam film ini, penonton akan mendengar kesaksian dari para tokoh yang terlibat langsung dalam operasi tersebut.
Mereka akan berbicara tentang bagaimana kehidupan mereka terpengaruh oleh kebijakan pemerintah yang kontroversial ini.
Kesaksian Yudho tentang sahabatnya, Wahyo, menjadi salah satu momen yang cukup menggugah. Yudho merasa tidak adil bahwa Wahyo harus menjadi korban dalam kebijakan yang seharusnya menyasar preman-preman besar, bukan orang-orang yang terperangkap dalam sistem tersebut.
Dalam film ini, kamu akan bisa merasakan bagaimana perasaan para saksi yang hidup dalam ketakutan selama berlangsungnya operasi tersebut.
Pentingnya Film Dokumenter Ini untuk Memahami Sejarah
Selain mengungkap sisi gelap sejarah, film dokumenter “Petrus” juga memberikan gambaran lebih jelas tentang bagaimana kebijakan yang diterapkan pada masa itu bisa berdampak pada banyak orang, baik yang terlibat langsung maupun yang tidak bersalah.
Keberanian para pembuat film untuk menyajikan sisi lain dari sejarah ini menunjukkan pentingnya refleksi terhadap masa lalu, agar kita bisa belajar dari kesalahan yang sudah terjadi.
Tinggalkan Balasan