“Saya tumbuh di kaki gunung yang katanya dihuni setan, tapi seiring waktu saya sadar, ketakutan itu sengaja ditanamkan untuk membungkam.”

Film ini menawarkan horor yang sangat nyata, bukan hanya soal hantu, tapi juga tentang praktik-praktik yang mengeksploitasi orang-orang kecil demi keuntungan semata.

Akting Total dan Dialog Jawa yang Kental

Film ini juga menampilkan totalitas akting dari para pemain, terutama Raihaanun yang dituntut untuk berbahasa Jawa sepenuhnya dalam film ini. Bayangin aja, saat ditawari peran ini, Raihaanun nggak cuma belajar dialog, tapi juga harus mendalami aksen dan emosi yang tepat dalam berbahasa Jawa.

“Mas Eden langsung mengasah kami sebagai pemain, tidak ada perantara pemain dan sutradara jadi langsung dipolesnya. Ada proses reading, kami berulang omong skrip yang sudah kami pegang. Tapi untuk mematenkan skrip agar lebih fasih, meyakinkan karakternya, sebelum take itu kami ulang terus sampai terdengarnya seperti orang Jawa,” kata Raihaanun.

Proses seperti ini tentu saja menciptakan chemistry yang kuat di antara para aktor, membuat karakter-karakternya terasa sangat nyata dan relatable. Plus, lokasi syuting yang diambil di tempat tambang sungguhan menambah atmosfer horor yang semakin mencekam.

Ananditha Nursyifa
Editor