Subsidi langsung yang lebih besar diberikan bagi mereka yang memiliki anak. Bantuan dikucurkan untuk mendanai pendidikan dan perawatan prenatal, serta mengenalkan gaya kerja yang fleksibel dan cuti untuk ayah.

Kishida mengatakan kebijakan ini diusulkan untuk mengatasi penurunan angka kelahiran yang anjlok. Pemerintah Jepang juga menyusun langkah untuk meningkatkan pendapatan bagi kaum muda, dan generasi yang mengasuh anak.

“Kami akan bergerak maju dengan langkah-langkah ini untuk melawan penurunan angka kelahiran tanpa meminta masyarakat menanggung beban lebih lanjut,” kata Kishida kepada para menteri, pakar, dan pemimpin perusahaan yang berkumpul untuk membahas masalah tersebut.

Negara berpenduduk 125 juta itu mencatat kurang dari 800.000 kelahiran tahun lalu, terendah sejak pencatatan dimulai.

Dikutip dari Soranews24, rata-rata nasional untuk biaya melahirkan adalah sekitar 473.000 yen atau sekitar Rp53 juta. Hal ini membuat kaum muda di Jepang enggan untuk melahirkan karena biaya mengurus anak yang dinilai sangat tinggi.