Tanpa adanya pengawasan langsung seperti di kantor fisik, individu mungkin merasa kurang termotivasi untuk berkontribusi secara maksimal.
Di dunia kerja jarak jauh, sulit untuk melihat siapa yang benar-benar bekerja keras dan siapa yang “numpang” saja. Situasi ini membuat beberapa orang merasa lebih leluasa untuk mengurangi upaya mereka dalam proyek kelompok.
Tantangan Kolaborasi Online dan Social Loafing
Ada beberapa tantangan yang muncul dalam proyek kolaborasi online yang bisa memicu terjadinya social loafing. Apa saja tantangan tersebut?
- Kurangnya Pengawasan Langsung
Di tempat kerja fisik, atasan atau supervisor bisa langsung melihat siapa yang produktif dan siapa yang tidak. Namun, di dunia digital, pengawasan menjadi lebih sulit karena semua orang bekerja dari jarak jauh. Tanpa pengawasan ini, beberapa individu mungkin merasa bahwa kontribusi mereka tidak akan terlihat secara jelas. - Komunikasi Terbatas
Meskipun kita punya banyak alat komunikasi digital, seperti chat, email, atau video call, komunikasi dalam tim virtual sering kali tidak seefektif bertatap muka langsung. Kesalahpahaman bisa terjadi, dan tanggung jawab masing-masing individu mungkin tidak sepenuhnya jelas. Akibatnya, beberapa anggota tim bisa saja merasa bahwa mereka tidak perlu bekerja terlalu keras. - Anonimitas dalam Kelompok Besar
Semakin besar sebuah kelompok, semakin besar pula kemungkinan terjadi social loafing. Di dunia digital, sebuah tim bisa terdiri dari banyak orang yang tersebar di berbagai lokasi, dan ini bisa meningkatkan risiko social loafing. Saat individu merasa bahwa kontribusinya “hilang” di antara banyak anggota tim, mereka bisa jadi kurang termotivasi untuk berkontribusi secara maksimal.
Cara Mengurangi Social Loafing dalam Lingkungan Kerja Virtual
Halaman
Tag Terkait:
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan