Kalau dibiarkan terus, daily hassles bisa menimbulkan efek domino terhadap kesejahteraan psikologis anak dan remaja. Dampak yang sering muncul antara lain:

  • Mood swing: gampang marah, sedih, atau kehilangan motivasi tanpa alasan jelas.
  • Kesulitan fokus di kelas karena pikiran terlalu penuh.
  • Penurunan performa akademik akibat stres ringan yang menumpuk.
  • Gangguan tidur, seperti susah tidur atau tidur terlalu lama.
  • Risiko munculnya kecemasan dan depresi ringan.

Riset terbaru dari Journal of Adolescent Health (2025) menemukan bahwa remaja yang mengalami lebih banyak daily hassles dalam seminggu cenderung menunjukkan kadar hormon kortisol (hormon stres) lebih tinggi dibanding mereka yang punya hari-hari lebih tenang. Jadi, bukan cuma soal “baper” — stres kecil benar-benar punya efek biologis nyata di tubuh.

Strategi Menghadapi Daily Hassles

Kabar baiknya, gangguan kecil ini bisa diatasi dengan langkah-langkah sederhana tapi konsisten. Berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan anak, remaja, maupun orang tua:

  1. Evaluasi harian sederhana
    Sebelum tidur, coba tulis 3 hal yang bikin stres hari itu dan 3 hal kecil yang berjalan baik. Dengan begitu, kamu belajar mengenali pemicu stres dan menyeimbangkannya dengan hal positif.
  2. Komunikasi terbuka
    Curhat ke teman, guru BK, atau keluarga bisa jadi cara melepas beban. Jangan nunggu masalahnya besar dulu untuk bicara.
  3. Teknik koping ringan
    Musik, journaling, olahraga ringan, atau sekadar jalan sore bisa bantu menurunkan ketegangan.
  4. Kurangi paparan media sosial berlebihan
    Coba “digital detox” kecil, misalnya nggak buka HP satu jam sebelum tidur. Otakmu butuh waktu istirahat dari notifikasi yang nggak ada habisnya.
  5. Bangun rutinitas tidur yang sehat
    Tidur cukup membantu tubuh memperbaiki sistem stres alami dan menjaga mood tetap stabil.

Dukungan dari Keluarga dan Sekolah

Orang tua dan guru punya peran besar untuk membantu anak dan remaja menghadapi tekanan kecil ini. Kuncinya ada di empati dan komunikasi. Daripada langsung menilai atau menyalahkan, coba ajak mereka ngobrol: “Apa sih yang bikin kamu capek hari ini?” Pertanyaan sederhana bisa membuka ruang aman untuk cerita.

Ananditha Nursyifa
Editor