“Misalnya zonasi sekolah untuk pemenuhannya. Kaitan jumlah penduduk di sebuah kawasan untuk pembangunan puskesmas. Kita juga membangun batas administrasi kewilayahan sampai RT dan RW,” katanya.
“Kami ingin mengembangkan kolaborasi dan sinkronisasi data kelurahan jadi data peta dalam aplikasi. Seperti data DTKS, stunting, dan lainnya. Kita ingin ada data spasial,” imbuhnya.
Perlu diketahui, dari 514 kota/kabupaten hanya ada dua wilayah yang menggunakan peta geospasial 1:1.000 yakni Bandung dan Surabaya.
Ia berharap, BSM+ akan terus dikembangkan bahkan bisa menjadi peta acuan berbagai kebijakan di kota Bandung.
“Kita kembangkan layaknya Google Map, semua data terintegrasi di BSM+ yang mudah diakses,” ujarnya.(rls/hms)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan