Duduk di komisi B terkait Ekonomi, Adi Widyanto mempelajari bahwa membangun kota itu layaknya membangun bisnis.

“Kita mau membangun sebuah kota itu dompetnya harus ada kan, makanya saya masuk ke komisi B, saya ingin ciptakan pundi-pundi buat nambah PAD syukur-syukur nambah terus tiap tahun, kalau dari situ kan uangnya bisa untuk kesejahteraan masyarakat. Nah kalau kita mau ngomongin kesejahteraan rakyat tapi pendapatan gak ada, kan bohong juga ya saya lebih kesana sih, karena menurut saya dimana kota uangnya banyak kotanya sejahtera,” tuturnya.

Adi pun mengilustrasikan, jika PAD bertambah 2-3 triliun dalam setahun, maka banyak anggaran bisa terserap guna mensejahterakan masyarakat.

“Sayang masih banyak yang tidak maksimal, semisal parkir ternyata cuma 15 miliar setahun kalau saya rekap manajemennya ngaco, harus diperbaiki. Terus kaya BPR kota bandung itu ngaco juga, pajak resto ngaco sebenarnya. Tinggal mau enggak diperbaiki, bahkan kalau semua bayar pajak banyak pendapat bisa dimaksimalkan, tidak perlu naik bayar saja semua,” tegasnya.

Masih kata Adi, sempat ada pembahasan di PD Pasar soal kenaikan tarif, namun ditolak pedagang.

“Maksud saya ke teman PD Pasar, gak usah naik kecuali fasilitas sarana dan prasarana Pasar diperbaiki dulu, aneh kalau menurut saya. Boleh naik cuma wajar yaitu diperbaiki dulu jadi modern ok. Tapi kenaikan itu belum terlaksana masih deadlock, terus kemarin kita ke UMKM,” ucapnya lagi.