Prolite – Mood Escape di Tengah Krisis: Kenapa Recession Pop Kembali Jadi Soundtrack Hidup Kita?
Coba deh kamu buka playlist Spotify atau TikTok hari ini. Kamu bakal nemuin lagu-lagu lawas yang dulu hits di era 2007–2012 tiba-tiba balik lagi ke permukaan. Dari “Party in the USA”-nya Miley Cyrus, “Tik Tok”-nya Kesha, sampai “Just Dance” milik Lady Gaga, semua serasa hidup lagi—dan viral di mana-mana!
Fenomena ini disebut dengan recession pop, genre dance-pop yang penuh semangat, catchy, dan upbeat, yang dulu muncul di tengah krisis ekonomi global. Sekarang, di tengah ketidakpastian ekonomi yang mirip-mirip lagi (hello resesi 2024-2025 😬), musik-musik penuh semangat ini kembali jadi mood booster buat banyak orang.
Nah, kenapa sih kita balik dengerin lagu-lagu “ceria tapi nyentil” kayak gitu? Yuk, kita bahas bareng!
Apa Itu Recession Pop? Throwback ke Era Musik Ceria di Masa Suram
Istilah “recession pop” pertama kali populer sekitar akhir 2000-an, pas dunia lagi diguncang krisis ekonomi besar. Saat itu, alih-alih tenggelam dalam lagu sedih, industri musik malah diserbu lagu-lagu dance-pop yang penuh warna, glamor, dan “escapist” banget.
Lagu-lagu kayak “Starships” (Nicki Minaj), “We R Who We R” (Kesha), dan “Call Me Maybe” (Carly Rae Jepsen) jadi pilihan utama buat melupakan beratnya hidup. Liriknya sering ringan dan nyeleneh, iramanya bikin joget, dan beat-nya? Bikin semangat hidup lagi!
Sekarang, kondisi serupa bikin genre ini re-born. Dengan harga kebutuhan naik, job market fluktuatif, dan stres yang datang dari mana-mana, nggak heran kalau musik nostalgia ini jadi bentuk pelarian (escape) yang paling instan dan efektif.
Tinggalkan Balasan