Tema hari Kamis ‘Nyanding Wawangi’ yang berarti mengembangkan bagaimana anak-anak ini punya nilai-nilai etika dan estetika. Nilai yang dikembangkan mengolah rasa menumbuhkan rasanya elok beretika dan berestetika.

“Ya dia dikembangkan untuk bisa memasak menyulam untuk anak perempuan untuk anak laki-laki itu punya talent. Yang mengangkat jati dirinya itu, pinter nari, seni itu di hari kamis,” tuturnya.

Dan untuk tema hari Jumat ‘Nyucikeun Diri’ yang berarti lebih dikedepankan pendidikan itu dari pagi sampai siang yang dikolaborasikan kurikulum merdeka itu ke sifat bagaimana masyarakat Purwakarta yang identik dengan religius maka dari pagi sampai siang itu dari mulai salat Dhuha baca-baca surat pendek pengajian dan lain sebagainya lebih menyucikan ke spiritualnya.

Nah untuk hari Sabtu dan Minggu bertema ‘Beutah di Imah’ kembalikan anak-anak ke pangkuan ibu dan bapaknya. Tapi ketika si anak di rumah juga terkoneksi dengan pihak sekolah, apa yang dia lakukan sebagai bentuk karakter.

“Misalnya untuk anak kelas satu baru bisa mencuci kaos kaki saja itu di videokan di posting dilaporkan bahwa ini bentuk-bentuk pendidikan yang didampingi oleh kedua orang tuanya ‘quality time’ bersama orangtuanya dan itu berlaku juga untuk sekolah swasta,” pungkasnya.