✅ 2. Hadir Secara Emosional (dan Fisik Kalau Bisa)
Gak harus selalu nongkrong bareng. Kadang, sekadar kirim pesan di malam hari, “Gimana harimu?” itu lebih bermakna daripada seribu story soal empati.
✅ 3. Jangan Takut Sunyi
Kadang teman cuma butuh ditemani dalam diam. Kamu gak harus kasih solusi atau kata-kata bijak. Hadir tanpa tekanan itu powerful banget.
✅ 4. Konsisten, Bukan Musiman
Kepedulian bukan tren. Kalau kamu peduli tentang isu atau temanmu, tunjukkan lewat konsistensi—bukan cuma saat ramai dibicarakan.
✅ 5. Evaluasi Diri Sendiri
Sebelum posting, tanya: “Apakah ini aku lakukan buat bantu atau buat tampil terlihat baik?” Gak ada salahnya ngebangun citra positif, asal gak jadi topeng belaka.
Yuk Jadi Teman yang Gak Sekadar “Nampak Peduli”
Virtue signaling bukan berarti kamu gak boleh berbagi kepedulian di media sosial atau lewat kata-kata. Tapi akan jauh lebih berharga kalau itu dibarengi aksi nyata, konsistensi, dan niat tulus.
Di dunia yang penuh dengan sorotan, jadi teman yang benar-benar peduli adalah bentuk pemberontakan yang paling indah. Kita semua butuh teman yang hadir bukan karena ingin terlihat baik, tapi karena ingin benar-benar menjadi baik.
Coba deh, mulai hari ini, kirim pesan ke satu temanmu. Bukan cuma, “Semangat ya,” tapi: “Aku denger kamu lagi berat akhir-akhir ini. Mau ngobrol gak?” Kadang, hal sekecil itu bisa menyelamatkan hari seseorang.
Nah, kamu sendiri pernah merasa jadi korban virtue signaling? Atau justru sadar pernah jadi pelakunya? Gak apa-apa kok. Yang penting sekarang kita tahu, dan bisa mulai jadi teman yang lebih tulus.
Yuk saling jaga, gak cuma nama baik… tapi juga rasa! 💛
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan