Menurutnya, beberapa anak-anak yang sebelumnya menjalani cuci darah di RSHS kini telah beralih ke metode melalui perut (dialisis peritoneal).
Metode tersebut memungkinkan mereka melakukan prosedur tersebut di rumah.
“Mereka hanya perlu datang ke rumah sakit sekali untuk mengambil cairan dan obat baru,” katanya.
Untuk kasus ginjal akut, yaitu gangguan ginjal yang terjadi secara tiba-tiba, dr. Ahmedz pun menyatakan bahwa jumlahnya tidak bertambah secara signifikan.
Setiap bulan, RSHS menerima sekitar 10-15 anak yang memerlukan hemodialisa.
“Sebagai rumah sakit rujukan di Jawa Barat, kami menerima kasus-kasus ginjal anak setiap bulan. Poliklinik ginjal non-hemodialisa kami melayani sekitar 250 anak usia 0-18 tahun per bulan,” lanjutnya.
Kasus gagal ginjal pada anak usia dini karena mengonsumsi makanan dan minuman berlebih yang mengandung pemanis buatan dan bahan pengawet.
Banyaknya jenis munuman yang di jual di pasaran ini yang perlu di waspadai untuk kita akan bahaya pemanis dalam setiap kandungan.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan