Titik Tumpukan Sampah Dimana-mana, Pemkot Bandung Cari Lahan untuk TPS

Titik Tumpukan Sampah Dimana-mana, Pemkot Bandung Cari Lahan untuk TPS
BANDUNG, Prolite – Anggota Komisi C DPRD Kota Bandung Iman Lestariyono membenarkan titik tumpukan sampah kini terlihat dimana-mana.
Karenanya Iman mendorong Pemkot Bandung segera mengeluarkan berbagai kebijakan dimana setiap kebijakan itu selaras dengan anggaran terutama untuk mengeluarkan anggaran biaya tak terduga (BTT) guna penanganan kedaruratan sampah.
“Sebetulnya kemarin sudah didorong pembahasan perubahan tapi dengan kejadian ini harus lebih cepat,” tegas Iman saat dihubungi.
Karena kalau dari anggaran biasa kata Iman itu kecil. Selain mendorong anggaran, pihaknya pun mendorong
(TPST).
“Kota Bandung ini belum berani investasi terkait dengan sampah. Karena kalau kita punya 1000 meter persegi paling tidak lahan dengan TPST itu ada beberapa titik insyaallah selesai lah sampah organik,” ucapnya.
Dan yang harus didorong lanjutnya, masyarakat harus bisa menyelesaikan sampah dilevel rumah. Terlebih kebijikakan tersebut dari dulu.
Hanya sayangnya kata Iman, semua tidak serius baik dari pemerintah kota maupun masyarakatnya. Belum bisa merubah habit, nah kedepan, mau tidak mau harus dipaksakan memilih dengan catatan harus difasilitasi oleh pemerintah.
Iman juga berharap pada APBD perubahan, DLH bisa segera membuat perlengkapan untuk masyarakat.
“Kalau dulu lobang biopori, loseda itu sebetulnya mungkin pekarangan rumah satu rumah bisa misal punya dua saja sebetulnya bisa selesai nah kalau yang tidak punya pengarangan berarti ini kan harus ditarik ke skala yang lebih luas apa skala RT atau RW atau skala kelurahan kecamatan,” ungkapnya.
Begitupun dibeberapa jalan yang memungkinkan atau sering kali ada terjadi titik genangan air dimungkinkan dibuat lubang bio pori sekaligus dipakai untuk membuang sampah organik.
“Hanya pengalaman yang lalu waktu jaman RK itu, ya tidak dirawat lubang bio pori itu gak dirawat, bahkan isinya macem-macem. Ini mah harus bareng-bareng gak bisa sendiri, jadi pemerintah memfasilitasi mendorong kemudian juga dari masyarakat harus turun semua aparat juga memandu,” tandasnya.
Masih kata Iman, susahnya pengolahan sampah mandiri secara sosialisasi dan edukasi belum maksimal, karena seolah-olah masih menggangap sampah harus dibuang jauh-jauh dari rumah.
Lalu alasan pekarangan, dan riweuh (ribet,red) menjadi kendala sulitnya mengolah sampah mandiri.
“Ini bukan sesuatu yang mudah tetapi dengan kondisi ini masa sih kita gak sadar-sadar, saya pikir penyadaran sosialisasi harus terus dari dinas terkait juga harus memfasilitasi harus dilakukan juga pengawasan kerja bareng ini kalau dibeberapa tempat itu harus melibatkan swadaya masyarakat, karena itu berpotensi dan menghasilkan,” ucapnya.
Belum terkait restribusi sampah, Iman menilai di Kota Bandung masih kecil dan kalaupun dinaikin sedikit akan menganggap mahal.
Sehingga akan lebih adil dikelola oleh masyarakat sendiri, selain jadi ada mata pencaharian buat sebagian masyarakat juga merasa ada keterbukaan semua pengolahan sampah itu selesai dibawah.
Masih kata dia ada 8 hal yang bisa dilakukan, namun Iman hanya menyebutkan dua diantaranya yakni pemerintah harus membuat regulasi walau tidak bisa perda atau perwal karena tidak adanya wali kota.
“Jadi rada nanggung tapi Plh tidak masalah, ini kan kondisi kedaruratan. Saya tidak tahu pas nya apa, surat edaran, surat himbauan, atau apa. Tapi Plh dan dinas terkait bisa langsung, kita gak bisa menahan sampah itu malah menimbulkan masalah baru,” ujarnya.
“Anggarkan sejumlah dana untuk fasilitasi masyarakat, kalau perlu pergeseran lakukan karena darurat gunakan dana BTT. Kaji sepakati BTT tinggal dipertimbangkan apa yang akan dilakukan misal TPST, alat memang perlu diadakan tapi tidak mahal untuk kelola sampah organik. Regulasi Kang Pisman harus dikuatkan, dari sekian ton sampah 1/2 adalah sampaj organik, itu kelola dipisahkan nanti warga bisa ambil. Cek ke lapangan kalau satu RW 400 umpi dibuat 1 rw dikasih loseda dan bio pori bisa selesaikan sampah dari 2 3 rumah, libatkan perusahaan juga saya yakin mereka mau,” tutupnya.
Sementara itu Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan pihaknya akan melanjutkan usaha berikhtiar, mencari lahan guna TPS.
Namun sementara itu, Pemkot Bandung membuat lobang-lobang di Lapangan Tegallega peruntukan khusus sampah organik
“Ada sampah daun itu kan setiap hari terproduksi dari taman-taman yang ada di Kota Bandung, tapi kan mudah dan tidak terlalu berat nanti kita kuburkan justru jadi pupuk, di tambah sampah sampah bekas makanan yang di sebut secara umum organik, jadi kalo anorganik tidak ada yang di kubur,” tegasnya.
Sampai menunggu ada solusi tepat, Pemkot Bandung kata Ema setiap hari akan menimbun sampah-sampah organik dan dedaunan. Lobang itu nantinya dikasih jarak setengah meter untuk nanti ditutup lagi, kemudian akan mencari titik yang lain.
“Kan ini tidak akan menimbulkan bau apapun kalo sudah di kubur mah, kalo sekarang kita ekstrem justru di tumpuk yang organik pasti akan menimbulkan dampak bau, kita juga menyadari itu. Nah yang anorganik kita akan undang para pemulung dari pada mereka jalan-jalan di kota mending di tarik kesini, saya perintahkan dari DLH mana yang ada nilai ekonominya, silahkan di bawa sama mereka, yang residiu nya memang masih urusan kita nanti kita pikirkan, dan kita berdoa mudah-mudahan Sarimukti katanya hari jumat sudah bisa operasional,” harap Ema.
Selain membuat lubang Ema pun mengkui bahwa hari ini sedang penjajakan ke TPA Pasir Impun, ia sudah menugaskan Sekdis DLH.
“Tadi pagi alhamdulillah saya sudah berkomunikasi dengan pa Kasdam Brigjen Agus konon katanya sekarang sedang di lapangan, ini fotonya sudah saya terima, mudah-mudahan itu layak, kalo itu layak untuk pembuangan sementara, ini kita kan sudah mulai ada jalan keluar dan sekarang sampah-sampah yang ada di pinggir jalan yang ekstrem sedang bertahap seperti sekarang siang ini saya minta bereskan,” tuturnya.
Bahkan tumpukan yang di jalan Ahmad Yani Cineunying Kidul akan ditarik, sedang untuk yang di jalan Jamika diakuinya sudah beres.
“Nanti, kalau ini sudah ada pengangkutan, yang di Tegalega akan di angkut ke Sarimukti, dari pada semua ini numpuk di jalan, karena TPS kan sekarang sudah gak sanggup menampung, dan masyarakat mengelola sendiri dirumah juga perlu proses. Tetapi kita terus dorong masyarakat mandiri sesuai kemampuan,” imbuhnya.
Camat dan Lurah pun kata Ema sedang didorong, supaya terus edukasi masyarakat supaya bisa menangani permasalahan di wilayah semaksimal mungkin.
Lobang yang disiapkan di Lapangan Tegalleg sendiri, saat ini baru ada enam, dan bila di sebelah utara masih ada ruang akan digali lagi.
Dan untuk rencana pembangunan PLTSA diakui Ema, pihaknha sudah berkirim surat ke PT Brill tapi belum ada jawaban.
“Kan masih bril yang memenangkan, ini akan diteruskan atau tidak? intinya gitu, kalau tidak tentunya kita berharap yang pertama yang Legok Nangka saya dengar dari pak Gubernur itu sekitar dua tahun 2025 nunggunya saya juga belum tentu masih hidup kita tidak tahu. Kita juga sudah ada penawaran dari ITB juga saya pernah ngobrol dengan Prof. Zaenal Abidin beliau pakar dibidang itu cuman saya lupa nama istilahnya apa,” tutupnya.