Pemanasan Global : Indonesia Terus Berjuang untuk Lingkungan yang Lebih Baik

Prolite – Dalam upaya untuk memitigasi dampak pemanasan global, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Dalam sebuah laporan terbaru yang dirilis oleh Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia berhasil mencatat penurunan signifikan dalam emisi karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca (GRK) pada tahun 2022.

Menurut laporan tersebut, Indonesia berhasil menurunkan sekitar 118 juta ton emisi CO2 dan GRK selama tahun 2022. Capaian ini melampaui target penurunan yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 116 juta ton CO2.

Pemanasan Global – mistar

Upaya penurunan emisi ini menjadi bukti konkret dari komitmen Indonesia untuk melawan pemanasan global. Sektor energi memainkan peran penting dalam pencapaian ini, dengan berkontribusi sebesar 91,5 juta ton CO2 dalam penurunan emisi tersebut.

Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Yudo Dwinanda Priaadi, menjelaskan bahwa capaian ini diperoleh melalui berbagai upaya, termasuk efisiensi energi, pemanfaatan sumber energi terbarukan, penggunaan bahan bakar rendah karbon, dan teknologi pembangkit yang lebih bersih.

Indonesia telah menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca (nationally determined contribution/NDC) pada tahun 2030 sebagai upaya pencegahan pemanasan global.

Beberapa target ini termasuk penurunan emisi sebesar 31,89 persen dengan upaya domestik dan 43 persen dengan bantuan internasional. Komitmen ini juga telah menjadi bagian dari Program Indonesia Emas 2045.

Sebagai tambahan, Indonesia juga memegang komitmen untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat. Namun, untuk mencapai hal ini, Indonesia memerlukan dukungan global dalam hal pendanaan dan teknologi yang lebih efisien.

Net Zero Emission (NZE) – enel

Dalam upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, Indonesia juga telah meresmikan bursa karbon. Pemberian izin usaha penyelenggara Bursa Karbon kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah langkah konkret dalam mengubah Indonesia menjadi salah satu pionir dalam mengurangi emisi rumah kaca.

Pasar karbon telah menjadi alat yang efektif dalam mengatasi perubahan iklim di berbagai negara, termasuk Swiss, Australia, Kanada, Tiongkok, dan Meksiko. Indonesia bergabung dengan daftar negara-negara yang memperkenalkan bursa karbon sebagai upaya nyata untuk mengurangi emisi.

Lawan Pemanasan Global : Pengurangan Emisi dan Pembangunan Jaringan Gas Rumah Tangga

Potret langit Jakarta yang berpolusi akibat emisi karbon – Muhammad Sabki

Selain penurunan emisi, pemerintah Indonesia juga fokus pada pengembangan jaringan gas rumah tangga demi melawan pemanasan global.

Tujuan utama dari proyek ini adalah untuk memberikan akses energi kepada masyarakat, mengurangi beban subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) dan gas LPG pada rumah tangga, serta mengurangi penggunaan tabung gas elpiji (LPG) bersubsidi.

Saat ini, tingkat kemajuan proyek jaringan gas rumah tangga mencapai 835 ribu rumah. Pemerintah berencana untuk memasang jaringan gas hingga 2,5 juta rumah tangga pada tahun 2024. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah melibatkan sektor swasta dalam implementasinya.

Presiden RI Joko Widodo telah menunjukkan perhatian serius terhadap pengembangan jaringan gas rumah tangga di perkotaan. Pemerintah juga berencana mengurangi penggunaan tabung gas elpiji (LPG) bersubsidi sebagai bagian dari upaya ini.

Untuk mengakselerasi pembangunan jaringan gas rumah tangga, pemerintah akan menggandeng pihak swasta. Perubahan dalam peraturan presiden akan memungkinkan pihak swasta untuk ikut serta dalam pengembangan jaringan gas kota. Hal ini dilakukan melalui skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).

Selain itu, ada rencana untuk merevisi Peraturan Presiden (Perpres) yang berhubungan dengan penyediaan dan pendistribusian gas bumi melalui jaringan transmisi dan/atau distribusi gas bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil.

Gas LPG 3 kg
Pemerintah Maksimalkan Penggunaan Gas LPG 3 Kg di Masyarakat – HO/Hiswana

Ini akan membuka peluang bagi badan usaha swasta untuk membangun jaringan gas kota, yang akan membantu lebih banyak masyarakat mendapatkan akses ke energi yang lebih bersih dan terjangkau.

Program pembangunan jaringan gas kota memiliki banyak manfaat, termasuk memberikan akses energi kepada masyarakat, mengurangi pengeluaran biaya bahan bakar gas bumi, mendukung ekonomi masyarakat, dan mengurangi beban subsidi untuk BBM dan LPG di sektor rumah tangga.

Selain itu, ini juga membantu mengurangi impor LPG dan menghemat pengeluaran energi masyarakat, serta mengurangi defisit neraca perdagangan migas.

Pemerintah Indonesia berharap bahwa dengan mengembangkan jaringan gas rumah tangga, lebih banyak masyarakat akan dapat menikmati manfaat dari akses energi yang lebih bersih dan terjangkau.

Selain itu, langkah-langkah ini juga akan membantu negara dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim dan pemanasan global.




Sukses Kurangi Sampah Plastik di Laut, Indonesia Raih Apresiasi Tinggi dari PBB

Sampah Plastik

Prolite – Pengakuan dari PBB baru-baru ini mengukuhkan prestasi Indonesia dalam upaya pengurangan sampah plastik di laut sebanyak 39%. Indonesia kini mendapat sorotan positif di mata dunia.

Dengan prestasi ini, Indonesia menunjukkan kepemimpinannya di Asia Tenggara dalam memerangi polusi plastik.

Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai inisiatif telah dicanangkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah sampah plastik yang menumpuk di laut.

Dari kebijakan-kebijakan tersebut, hasil konkrit terlihat dan membuahkan apresiasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Indonesia Jadi Contoh Sukses dalam Mengurangi Sampah Plastik di Laut

Anggota Plastic Bank collection di Kedonganan Beach, Bali, Indonesia. – plasticbank

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan bahwa Indonesia kini menjadi contoh sukses dalam perjuangan mengurangi sampah plastik di laut.

Namun, perjuangan Indonesia tidak berhenti di pengakuan ini. Dilansir dari , dalam empat tahun terakhir, Indonesia juga mencatatkan diri sebagai negara yang paling aktif memproses sampah di daratan, guna mengurangi risiko sampah masuk ke laut.

Menyikapi isu global polusi plastik di laut, United Nations Environment Programme (UNEP) memproyeksikan bahwa jumlah sampah plastik yang masuk ke ekosistem akuatik akan meningkat hampir tiga kali lipat pada tahun 2040, mencapai 23-37 juta ton.

Mengingat urgensi ini, Indonesia telah berupaya keras untuk memastikan bahwa perubahan signifikan terjadi dalam beberapa tahun mendatang.

Sampah yang telah terkumppul dalam kantong yang memiliki pesan “Malu Dong Buang Sampah SembaranganI” – Nyoman Hendra Wibowo

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menggarisbawahi urgensi ini dalam Festival Hari Peduli Sampah Nasional (FPSN) 2023 di Jakarta.

Beliau menekankan konsep “Zero Waste, Zero Emission” yang kini menjadi landasan kerja pemerintah dalam upaya memerangi polusi dan emisi gas rumah kaca.

Upaya nyata yang telah dilakukan oleh Indonesia tidak hanya menarik perhatian PBB, tetapi juga menjadi sorotan dalam forum internasional lainnya, seperti KTT Archipelagic and Island States (AIS) 2023 yang akan berlangsung di Bali.

Di forum ini, Indonesia akan membagikan pengalamannya dan menjadi model bagi negara-negara lain untuk mengambil langkah serupa.

Turut Aktif dalam Upaya Penanganan Perubahan Iklim

mangrove
Bibit hutan mangrove – Cr. Antara

Selain inisiatif pengurangan sampah plastik, Indonesia juga telah aktif dalam upaya penanganan perubahan iklim.

Hal ini termasuk kebijakan penanaman mangrove, pengurangan deforestasi, peningkatan penggunaan energi terbarukan, dan adaptasi perubahan iklim.

Mangrove, khususnya, telah mendapat perhatian khusus dengan rencana replanting mencapai 600 ribu hektare.

Langkah restorasi hutan mangrove di bibir pantai sangat efektif untuk mencegah tenggelamnya pulau-pulau kecil akibat perubahan iklim. Mangrove memiliki akar yang kuat yang mampu menahan abrasi air laut.

Pada sisi lain, Indonesia juga menjalin kerja sama dengan negara-negara lain, termasuk Uni Emirat Arab (UEA) dalam pengembangan energi terbarukan. Kerja sama ini mencakup sumber energi seperti solar, hidro, dan geothermal.

Menko Luhut menyampaikan, “Kita punya potensi clean energy sebesar GW, termasuk solar panel.” Dengan pencapaian ini, Indonesia kini mempersiapkan diri untuk menduduki posisi kuat dalam KTT AIS 2023 yang akan datang.

Dilansir dari , dengan pencapaian dan inisiatif yang telah dilakukan, Luhut menekankan bahwa Indonesia siap untuk mengajak negara-negara kepulauan lainnya dalam kerja sama mengatasi perubahan iklim.

Dengan kepemimpinan yang kuat dan visi yang jelas, Indonesia berada di jalur yang benar untuk memimpin perubahan positif di kawasan Asia Tenggara dan di seluruh dunia.