Menuju Zero Bullying, Pemkot Bandung Lakukan Langkah ini

Ilustrasi zero bullying (iStock).

Menuju Zero Bullying, Pemkot Bandung Lakukan Langkah ini

Prolite – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus berupaya mewujudkan lingkungan zero bullying bagi anak-anak. Salah satu langkah strategisnya yaitu dengan mendeklarasikan “Bandung Menuju Zero Bullying”.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung, Uum Sumiati menyampaikan, deklarasi ini menjadi bagian penting dari komitmen bersama untuk memperkuat perlindungan anak di lingkungan pendidikan.

“Upaya strategis untuk mewujudkan Kota Bandung yang ramah anak kami wujudkan lewat deklarasi Bandung menuju zero bullying di level sekolah dasar. Ini adalah bentuk nyata komitmen kita untuk melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan dan perundungan,” ujar Uum di SDN 113 Banjarsari, Rabu 29 Oktober 2025.

Humas Kota Bandung
Humas Kota Bandung

Menurutnya, bullying atau perundungan adalah tindakan kekerasan yang dilakukan secara sengaja dan berulang oleh individu atau kelompok terhadap orang lain, baik secara verbal, fisik, maupun psikologis, yang dapat menimbulkan trauma dan rasa tidak berdaya bagi korbannya.

“Perundungan bisa terjadi di mana saja di rumah, di lingkungan masyarakat, di tempat kerja, bahkan di sekolah. Tapi di sekolah, dampaknya bisa lebih besar karena seharusnya sekolah menjadi tempat anak merasa aman, belajar, dan berkembang,” jelasnya.

Karena itu, DP3A menilai penting adanya upaya pencegahan bersama agar tindakan perundungan di lingkungan sekolah dapat ditekan atau dihilangkan sama sekali.

Dalam upaya menuju zero bullying, DP3A Kota Bandung telah menjalankan sejumlah program konkret:
1.    Program Senandung Perdana (Sekolah Perlindungan Perempuan dan Anak) yang telah dilaksanakan di 30 SMP dan 15 SD Negeri di Kota Bandung.

  1. Pelatihan pencegahan dan penanganan bullying bagi kepala sekolah dan guru di 60 sekolah SMP Negeri dan Swasta.
  2. Konvensi Hak Anak yang diikuti 180 tenaga pendidik, dilaksanakan pada 30 September – 2 Oktober 2025, sebagai salah satu komponen penting menuju sekolah ramah anak.
  3. Konvensi Anak untuk forum anak tingkat kecamatan dan kelurahan pada 21 Oktober 2025.
  4. Deklarasi dan edukasi sekolah ramah anak di Taruna Bakti pada 10 Oktober 2025.

Puncak dari rangkaian kegiatan ini adalah penandatanganan dokumen komitmen bersama antara para kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk mendukung “Bandung Menuju Zero Bullying”.

“Kami berharap kegiatan ini bisa meningkatkan kesadaran semua pihak baik kepala sekolah, guru, siswa, maupun tenaga kependidikan untuk bersama-sama menciptakan sekolah yang aman, nyaman, bersih, indah, dan bebas dari bullying,” tambahnya.

Melalui deklarasi ini, Pemkot Bandung berharap angka kekerasan di lingkungan pendidikan bisa berkurang secara signifikan.

Lebih jauh, masyarakat juga diharapkan semakin sadar bahwa pencegahan bullying adalah tanggung jawab bersama.

“Kita semua punya peran. Sekolah, orang tua, masyarakat semuanya harus ikut menciptakan lingkungan yang ramah anak. Dari sekolah yang aman dan bebas bullying inilah lahir generasi Bandung yang unggul menuju Indonesia Emas 2045,” tutur Uum.




Sekolah di Bandung Deklarasi Zero Bullying

BANDUNG, Prolitenews – Sekolah-sekolah di Kota Bandung mendeklarasikan sekolah zero bullying. Disampaikan Wali kota Bandung M Farhan bahwa pencapaian zero bullying di kota Bandung tidak mudah, sekarang ini dalam indeks kota ramah anak masih ada di tingkat Nindya.

“Masih ada tingkat utama yang belum kita capai, kita menuju ke sana. Ini salah satu bentuk komitmen kita untuk dilakukan sebagai ramah anak,” jelas Farhan usai sambutan Deklatasi menuju zero bullying, SDN 013 Banjarsari, Rabu (29/10/2025).

Kata Farhan, di event ini seremonial harus dijadikan momentum untuk mengingatkan semua orang bahwa kota Bandung itu harus selalu menjadi kota yang ramah terhadap anak-anak terutama dalam ancaman zero bullying maupun digital bullying.

Lanjutnya, digital bullying saat ini diperkirakan karena tingkat literasi digital  yang masih di bawah 70%.

“Akses terhadap internet sudah di atas 80 persen, kalau pemilikan handphone itu sudah di atas 100 persen. Jadi satu orang itu rata-rata memiliki lebih dari satu HP. Nah, jadi artinya apa? Perkembangan teknologi itu teh udag udagan dengan perkembangan literasi. Nah ini yang lagi berusaha kita kejar pada itu ya, kalau dari sisi digital,” jelasnya.

Dari sisi fisik sendiri kata Farhan, untuk masalah perlindungan dan edukasi terhadap kekerasan apapun terhadap anak maupun yang dilakukan oleh anak-anak, sedang betul-betul dikurasi dengan sebaik-baiknya.

Masih kata Farhan dinas pendidikan sendiri bukan hal yang mudah untuk mendistribusikan program tersebut ke sekolah-sekolah. Maka itu dinas pendidikan kota Bandung punya komitmen yang sangat kuat untuk memastikan bahwa tingkat kepatuhan pengelolaan sekolah dan juga pelindungan anak-anak itu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya

Ditambahkan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Uum Sumiati mengatakan pihaknya ingin lebih meningkatkan lagi komitmen baik itu tenaga di satuan pendidikan kemudian juga peserta didik.

“Tenaga pendidikan bahwa sekolah itu harus memang diciptakan begitu aman dan nyaman untuk anak-anak. Nah bullying ini salah satu masalah yang sedang kita hadapi dan ini memberikan pengaruh yang negatif bila terjadi terhadap anak di satuan pendidikan,” ucapnya.

Lanjutnya kegiatan ini untuk mengingatkan kembali, mendorong kembali, menyemangati kembali semua satuan pendidikan untuk bisa bertanggung jawab menciptakan itu.

“Agar sekolah di kota Bandung ini bisa ramah untuk anak. Banyak terjadi bullying non fisik ya, sikis ya,” ujarnya.

Ditempat yang sama Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Asep Gupron menyampaikan pihak jelas mendukung program ini.

“Ya jelas ya, jadi emang kita terus mencermati semua perkembangan di tiap sekolah baik TK, SD, dan SMP sesuai kewenangan dan disdik menyiapkan psikolog ya manakala terjadi anak-anak yang anggap masuk ke bully, tapi intinya kami terus mengevaluasi hampir tiap mulai dari TK, SD, dan SMP apabila sekolah masih tetap melakukan itu ada kegiatan itu tentunya ada sanksi yang akan kita berikan sesuai dengan aturan dan wewenang yang berlaku,” tuturnya.

Sementara itu anggota Komisi 4, Muhamad Syahlevi Erwin Apandi mendukung  program deklarasi Kota Bandung menuju zero bullying, diharapkan kedepan tidak ada kasus-kasus bullying terutama di lingkungan sekolah.

“Ini sangat bagus ya, dimana kan, anak itu menumbuhkan kesadaran saling menghargai sesama temannya, dan saya berharap bahwa kan kita juga sudah melakukan habluminalloh sekerang disini lah anak melakukan habbluminanasnya, saling menghargai dari satu sama lain,” ujar politisi PKB ini.

Kata Levi sapaan akrabnya dengan program ini maka dari kecil ini anak-anak dididik, diarahkan untuk tidak saling membully atau saling merendahkan temannya.

“Dan saya harapkan program ini terus bisa diterapkan tiap tahunnya dan mungkin ada triwulan sebagainya agar efektif dan menyeluruh. Saya lihat banyak keluhan untuk bullying ini, sehingga saya harapkan kolaborasi dari dinas pendidikan dan DP3A, sehingga program ini saya harapkan lebih baik untuk kedepannya,” paparnya.

Namun sayang Levi tidak tahu data berapa kasus bullying di kota Bandung.

“Saya belum tahu untuk data itu, tetapi memang sangat banyak untuk bullying ini. Dukungan DPRD, ini salah satunya kan dukungan program dari deklarasi Zero Bullying ini kita masukan program DP3A dan juga Disdik agar diterapkan semua sekolah di kota Bandung, peraturan pun saya rasa sudah kuat kan, ada perda perlindungan anak dan perempuan,” tegasnya.