Kewaspadaan Tinggi : Kenaikan Kasus Cacar Monyet di Indonesia, Apa yang Harus Diketahui?

Kasus Cacar Monyet

Prolite – Dilansir dari web resmi pemerintah Indonesia, ancaman penyakit cacar monyet atau dikenal juga dengan monkeypox (mpox) kian menjadi sorotan.

Data terbaru dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta menunjukkan adanya peningkatan kasus, dari 15 kasus menjadi 17 kasus hanya dalam tiga hari.

Menurut Ngabila Salama, Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 14 dari total kasus tersebut merupakan pasien aktif dengan kisaran usia 25-35 tahun yang saat ini menjalani isolasi.

“Dengan positivity rate PCR mencapai 44%, semuanya menunjukkan gejala ringan dan diketahui tertular dari kontak seksual,” ungkap Ngabila pada Kamis (26/10/2023).

Wilayah DKI Jakarta yang terdampak meliputi Jatinegara, Mampang, Kebayoran Lama, Setiabudi, Grogol, dan Kembangan. Terdapat kekhawatiran bahwa penyakit ini telah menyebar ke daerah lain seperti Tangerang, Banten.

Seluruh pasien terkonfirmasi adalah laki-laki usia produktif. Salah satunya diketahui sebagai hasil dari kontak erat seksual dengan pasien lain yang positif.

Dalam respons terhadap situasi tersebut, pemerintah telah mengambil langkah-langkah preventif dan penanganan seperti pelacakan kontak erat, pemeriksaan laboratorium, isolasi, pemberian perawatan medis, dan vaksinasi bagi individu yang memiliki risiko tinggi tertular.

Menariknya, vaksin cacar monyet yang digunakan sama dengan vaksin cacar air dan disediakan secara gratis.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu, menyampaikan, “Kami juga menerapkan pelaporan secara real time melalui aplikasi New All Record (NAR) yang sebelumnya digunakan selama pandemi Covid-19 dan kami telah menyampaikan laporan kepada WHO.”

Prioritas Vaksinasi Cacar Monyet

Vaksinasi cacar monyet – iStockphoto

Kementerian Kesehatan telah mengagendakan vaksinasi awal untuk 500 orang dari kelompok berisiko di Jakarta pada akhir Oktober 2023.

Menurut informasi tertulis dari Kemenkes, dosis vaksin telah disiapkan, dengan setiap orang mendapatkan dua dosis dengan jeda waktu empat minggu. Hingga saat ini, 157 dari target 495 orang kelompok berisiko sudah menerima vaksin.

Vaksinasi ini terutama ditujukan untuk kelompok LSL (lelaki seks lelaki) atau homoseksual serta mereka yang memiliki riwayat kontak seksual dalam dua minggu terakhir. Mulai dari 23 Oktober 2023, pemeriksaan sasaran telah dimulai.

Berdasarkan data yang ada, sebagian besar penderita cacar monyet adalah lelaki dengan orientasi homoseksual sebesar 86%, sementara sisanya adalah pria heteroseksual dan biseksual.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, sebelumnya telah menyatakan bahwa 98% kasus cacar monyet di dunia dialami oleh populasi homoseksual. Meskipun demikian, Tedros menekankan bahwa penyakit ini dapat menginfeksi siapapun.

WHO menyarankan negara-negara untuk mengambil tindakan guna mengurangi risiko penularan, terutama kepada kelompok yang lebih rentan seperti anak-anak, ibu hamil, dan mereka dengan kondisi imunosupresi.

Sejarah dan Penyebaran Cacar Monyet

Monkeypox –

Cacar monyet pertama kali diidentifikasi pada 1958 di Republik Demokratik Kongo dari monyet yang diteliti.

Pada 1970, penyakit ini pertama kali terdeteksi pada manusia di Kongo dan Sudan, dan ditemukan menyebar melalui kontak dengan hewan terinfeksi, seperti monyet, tupai, atau tikus.

Sejak saat itu, wabah cacar monyet telah muncul di berbagai negara Afrika dan pada 2003, wabah tersebut terjadi di Amerika Serikat. Dilaporkan bahwa penyebabnya adalah tikus Afrika yang diimpor.

Dalam dua dekade terakhir, penyakit ini telah ditemukan di Asia, termasuk Singapura, Malaysia, dan kini Indonesia.

Di Indonesia, cacar monyet pertama kali ditemukan pada tahun 2021 di Papua dan segera menyebar ke wilayah lain di Indonesia.

Gejala dan Pencegahan

Monkeypox – rri

Cacar monyet, penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Orthopoxvirus, menunjukkan gejala awal yang serupa dengan flu. Gejalanya meliputi:

  • Demam: Ini adalah tanda awal yang umum ditemukan pada penderita cacar monyet.
  • Sakit Kepala dan Otot: Penderita biasanya merasa sakit di bagian kepala dan otot.
  • Kelelahan: Rasa lelah atau kelemahan umum bisa menjadi salah satu gejala awal.
  • Ruam: Dalam perkembangannya, penderita akan menunjukkan tanda ruam yang lalu berubah menjadi lepuh berisi cairan.
  • Pembengkakan Kelenjar: Beberapa penderita mungkin juga mengalami pembengkakan pada kelenjar.

Dalam upaya pencegahan, berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil:

  • Vaksinasi: Meskipun pengembangan vaksin masih dalam tahap riset, ada beberapa jenis vaksin yang telah menunjukkan efektivitas dalam pencegahan cacar monyet.
  • Hindari Kontak dengan Hewan: Menghindari kontak langsung dengan hewan yang mungkin terinfeksi dapat mengurangi risiko penularan.
  • Gunakan Alat Pelindung Diri: Bagi mereka yang berada dalam lingkungan rawat atau merawat penderita, penggunaan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan sangat dianjurkan.
  • Kebersihan dan Cuci Tangan: Masyarakat dihimbau untuk selalu menjaga kebersihan dengan mencuci tangan menggunakan sabun setelah aktivitas dan menghindari kontak seksual dengan penderita atau individu yang memiliki risiko tinggi tertular.



Penemuan 1 Kasus Cacar Monyet di Bandung , Kondisi Pasien Belum Diketahui  

Penemuan 1 kasus cacar monyet di Bandung (iStockphoto ).

Penemuan 1 Kasus Cacar Monyet di Bandung , Kondisi Pasien Belum Diketahui

BANDUNG, Prolite – Kasus cacar monyet atau monkeypax sekarang ditemukan di Bandung, setelah sebelumnya sebanyak 17 pasien terjangkit di DKI Jakarta.

Jumlah kasus mengalami penambahan dari laporan per 27 Oktober 2023 mencapai 17 kasus yang seluruhnya berasal dari DKI Jakarta.

Untuk pasien yang ditemukan di bandung hingga kini belum dapat di konfirmasi lebih lanjut perihak kondisi setelah terjangkit virus cacar monyet.

Bahkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tidak mengonfirmasi lebih lanjut perihal kondisi pasien maupun lokasi spesifik dari temuan kasus di Bandung.

Cacar monyet adalah penyakit zoonosis langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Virus ini termasuk dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Genus Orthopoxvirus juga termasuk virus variola (penyebab cacar), virus vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar), dan virus cacar sapi.

Dalam kasus ini antara monkeypox dan cacar air memiliki kesamaan kondisi penderitanya.

Untuk penularan dari hewan ke manusia bisa terjadi lewat gigitan hewan, kontak langsung dengan atau kulit hewan, atau menyentuh benda yang terkontaminasi virus.

Meski gejala yang di timbukan sama seperti penyakit lain seperti cacar air dan herpes namun untuk virus monkeypox bisa di bedakan juga.

Hingga saat ini, belum ada obat monkeypox secara spesifik. Pasalnya, kondisi ini dapat pulih dengan sendirinya dalam 2-4 minggu.

Namun, beberapa negara menggunakan tecovirimat sebagai cara mengobati cacar monyet. Obat ini bekerja dengan menghambat virus monkeypox berkembang biak dan menyebar ke orang lain.

Selama mengalami gejala cacar monyet, pengidap disarankan untuk memaksimalkan waktu istirahat, mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi serta menjaga pola makan sehat.

Pengidap cacar monyet juga disarankan melakukan karantina mandiri dan tidak keluar rumah untuk meminimalisir penyebaran.

Dinas Kesehatan Jawa Barat meminta kepada seluruh warga Jawa Barat untuk tetap menjaga kesehatan jika menemukan gejala-gejala monkeypox segera periksakan ke rumah sakit terdekat.