Deteksi Penyakit Jantung dengan AI? Ini Dia Masa Depan Kesehatanmu! 

Prolite – Deteksi Penyakit Jantung dengan Kecerdasan Buatan? Ini Dia Masa Depan Kesehatanmu! 

Pernah denger cerita orang yang kelihatan sehat-sehat aja, tapi tiba-tiba kena serangan jantung? Faktanya, penyakit jantung itu sering datang diam-diam dan tanpa gejala jelas. Tapi kabar baiknya, sekarang kita nggak perlu nunggu sampai parah dulu baru sadar.

Berkat kemajuan teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI), deteksi dini penyakit jantung makin canggih dan… cepat! Bahkan, AI sekarang bisa “baca” kondisi jantungmu lebih akurat dibanding dokter spesialis. Gila, ya?

Penasaran kayak gimana AI bantu kita hidup lebih lama dan lebih sehat? Yuk kita bahas!

EchoNext: AI yang Bisa Baca Sinyal Jantung Lebih Akurat dari Dokter

People, healthcare and health problem concept – unhappy young man having heart attack or heartache over gray background.

Salah satu bintang utama dalam revolusi ini adalah EchoNext, alat berbasis AI yang dirancang buat menganalisis hasil electrocardiogram (ECG) secara lebih tajam. Menurut data terbaru Juli 2025 dari Cardiac AI Journal, EchoNext bisa membaca sinyal jantung dengan akurasi 77%, dibandingkan akurasi dokter spesialis yang ada di kisaran 64%.

💡 Artinya? AI ini bisa bantu deteksi kelainan struktural jantung (kayak katup bocor, pembesaran bilik jantung, dll) lebih cepat dan akurat, bahkan sebelum kamu merasa ada yang salah dengan tubuhmu.

Yang lebih keren, EchoNext ini udah mulai diintegrasikan ke alat ECG portabel, jadi bisa digunakan di klinik kecil, bahkan untuk layanan homecare. Deteksi dini yang dulunya butuh rumah sakit besar dan alat mahal, sekarang bisa dilakukan lebih fleksibel!

PrediHealth: AI + Sensor = Cegah Gagal Jantung Kambuh

Kalau EchoNext jago deteksi dini, PrediHealth adalah platform pintar yang fokus pada pasien gagal jantung kronis. Jadi, pasien yang udah pernah kena serangan jantung atau punya riwayat penyakit jantung bisa dipantau real-time tanpa harus bolak-balik ke rumah sakit.

Caranya gimana?

  • Pakai sensor IoT di badan (misalnya gelang atau patch tempel)

  • Data detak jantung, tekanan darah, kadar oksigen langsung dikirim ke aplikasi

  • AI prediktif langsung menganalisis dan kasih sinyal dini kalau ada gejala mencurigakan

  • Kalau perlu, dokter bisa langsung konsultasi lewat telemedicine

Menurut laporan dari FutureMed 2025, teknologi seperti ini bisa mengurangi risiko rawat inap sampai 35% dan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap perawatan harian.

Cocok banget buat orang tua kita di rumah, atau siapa pun yang punya riwayat penyakit jantung dan pengen hidup lebih tenang.

Tantangan: Nggak Semua AI Bisa Dipakai Sembarangan

Meskipun AI di dunia medis itu keren, bukan berarti semuanya langsung bisa dipakai begitu aja ya. Ada tantangan besar di balik layar:

  1. Validasi Klinis yang Ketat
    Algoritma harus diuji pada ribuan pasien dari berbagai latar belakang biar hasilnya bisa dipercaya. Nggak bisa asal ngambil data dari satu rumah sakit terus klaim “akurat”.

  2. Integrasi Sistem Kesehatan
    Banyak rumah sakit yang masih pakai sistem jadul. Jadi, butuh waktu dan biaya buat integrasi AI ke dalam praktik sehari-hari dokter.

  3. Regulasi & Etika
    Siapa yang tanggung jawab kalau AI salah mendiagnosis? Ini masih jadi perdebatan besar antara developer, dokter, dan regulator kesehatan seperti Kemenkes dan FDA.

Makanya, penting buat kita sebagai konsumen juga melek informasi dan tahu mana produk medis AI yang udah lulus uji dan mana yang belum.

Jadi, Perlu Takut atau Optimis?

Justru kita harus optimis, tapi tetap kritis. AI bukan buat ganti dokter, tapi jadi partner cerdas yang bisa bantu deteksi lebih awal, kasih peringatan lebih cepat, dan ngebantu dokter bikin keputusan lebih tepat.

Bayangin aja, kamu bisa tahu kondisi jantungmu dari rumah, cukup lewat wearable atau alat ECG mini, lalu dikasih notifikasi kalau ada sesuatu yang nggak beres. Kamu bisa langsung cek ke dokter sebelum semuanya terlambat.

Teknologi ini juga bisa bantu orang-orang di daerah terpencil yang susah akses dokter spesialis. Dengan alat yang terhubung internet dan AI, semua orang bisa dapet peluang hidup sehat yang sama.

Yuk, Mulai Melek Teknologi Kesehatan!

AI dan alat pintar seperti EchoNext dan PrediHealth adalah masa depan dunia medis, dan masa depan itu udah mulai sekarang. Nggak perlu takut, yang penting kita jadi pengguna yang cerdas dan sadar teknologi.

Jangan tunggu jantungmu ngasih sinyal darurat. Cek kesehatan rutin, manfaatkan teknologi yang ada, dan jangan ragu konsultasi sama dokter kalau ada gejala yang bikin khawatir.

Jantung sehat itu hak semua orang, dan sekarang ada teknologi yang bisa bantu kita jaga jantung lebih baik. So… kenapa nggak mulai dari sekarang?

Kalau kamu tertarik sama teknologi AI di bidang kesehatan, yuk share artikel ini ke teman atau keluarga kamu. Siapa tahu, bisa jadi penyelamat nyawa buat orang yang kamu sayangi ❤️




95% Serangan Jantung Tak Tertolong, Padahal Bisa Dengan CPR

serangan jantung

95% Serangan Jantung Tak Tertolong Padahal Bisa Dengan CPR

BANDUNG, Prolite – Plt Kepala UPTD Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu Dinas Kesehatan Kota Bandung Eka Anugrah menyampaikan 95% kasus serangan jantung di Kota Bandung tak tertolong.

Hal ini karena ketidaktahunan masyarakat atau orang di sekitar orang yang terkena serangan jantung saat harus melakukan pertolongan pertama.

“Mereka bingung bagaimana cara menolongnya, saat diberitahukan melalui call center pun tetap bingung dan kadang ada yang marah karena ingin cepat didatangi. Padahal pertolongan pertama itu bisa menolong di 10 menit sejak terkena atau disebut golden periode,” jelas Eka usai memberikan edukasi ke warga di lapangan Gasibu, Rabu (11/6/2025).

Karena ketidaktahuan itu, membuat pihaknya berkeliling setiap hari guna melakukan promosi dan edukasi ke masyarakat. Program promosi dan edukasi itu dinamakan Aswatama (Ambulan Sapa Warga untuk Pertolongan Pertama).

Aswatama sendiri merupakan salah satu inovasi dari Ambulans Bandung Unggul & Ambulans Bandung Hebat (AmBU & AmBaH) yang bertujuan mendekatkan pelayanan, pemeriksaan kesehatan sederhana, konseling kesehatan, promosi layanan, dan edukasi penanganan kegawat daruratan.

” upaya sederhana tapi bisa menyelamatkan nyawa. Ini sebagai upaya kami satu untuk pelayanan ke masyarakat turun kemudian upaya promosi dan edukasi. Promosi dalam hal belum semua orang tahu keberadaan akses 119 atau hotline 08112442119 itu orang masih belum familiar lah ada sebagian sudah tahu tapi ada juga belum tahu keberadaan kami,” jelasnya seraya mengatakan lokasi Aswatama dilaksanakan di tempat keramaian.

“Nah ini jadi upaya kami untuk memastikan ada layanan ini, penangangan mempertegas tugas ambulan. Tetapi orang sekitar itu adalah pertolongan cepat dan tepat, banyak warga mau nolong tapi malah membuat pasien parah karena salah penanganan. Nah untuk serangan jantung 10 menit dan ambulan gak mungkin datang makanya kami memberdayakan masyarakat agar mampu memberikan pertolongan melalui pelatihan sederhana ini,” tutupnya.

Kata Eka, pengetahuan warga pasien serangan jantung itu harus dibawa ke RS padahal secara ilmu medis harus segera dilakukan CPR atau bantuan hidup dasar merangsang jantung paru agar aktif.

Selain sering menerima laporan serangan jantung, kasus banyak dilaporkan adalah stroke dan paling banyak adalah kecelakaan.

“Makanya kita upayakan setiap hari mengadakan promosi edukasi ini hanya terkadang terkendala personel PRC kami. Disini ada perawat, bidan, dokter konseling kesehatan. Kecelakaan itu tergantung tapi paling banyak dilaporkan bukan hanya warga juga laporan dari ATCS,” ungkapnya.

Untuk pasien stroke kata Eka wajib dibawa segera ke rumah sakit apalagi jika dibawah 1 jam.

“Kalau masyarakat masih bingung memberikan pertolongan memang ini salah kami, karena edukasi kurang makanya turun. Adanya Aswatama ini antusias masyarakat cukup banyak, mereka mengapresiasi bahkan banyak orang berkomentar kenapa gak dari dulu tahu ilmu ini sehingga bisa menolong,” tutupnya.




Program Aswatama, Latih Warga Berikan Pertolongan Pada Serangan Jantung

Aswatama

Aswatama: Ambulan Sapa Warga untuk Pertolongan Pertama

BANDUNG, Prolite – Adanya program Aswatama (Ambulan Sapa Warga untuk Pertolongan Pertama) Dinas Kesehatan Kota Bandung, diakui Nuraeni (64) warga Antapani membuat ia jadi tahu cara menolong pertama orang terkena serangan jantung.

Selama ini Nuraeni mengaku tidak bisa melakukan apapun kalau ada orang sakit terlebih serangan jantung.

“Dibiarin aja, paling telepon tim medis atau dokter. Padahal kalau kita tahu kita bisa menolong ya,” ujar Nuraeni saat menerima pelatihan CPR atau pompa jantung dari Dinkes Kota Bandung melalui program Aswatama di Lapangan Gasibu, Rabu (11/6/2025).

Ternyata kata Nuraeni, 10 menit sejak serangan jantung itu waktu cepat untuk menolong. Di waktu itu masyarakat bisa mendeteksi nadi di tangan atau dileher warga terkena serangan jantung atau melihat perut dan dada apakah memompa (bergerak mengempis dan mengembang) atau tidak.

“Kalau masih ada nadi, dada dan perut masih mengembang berarti masih hidup. Tapi kalau sudah tidak terasa nadi dan kembang kempis kita pompa atau CPR, itu bisa pertolongan pertama, begitu kata dokter barusan,” jelasnya.

Nuraeni mengaku pernah juga pelatihan mengenali ciri-ciri orang meninggal sebelumnya.

“Kata dokter waktu itu lihat pupil matanya kalau bergerak berati dia masih hidup. Itu disenter, kalau gak bawa senter pake senter di hp saja,” ucapnya.

Aswatama

Untuk menolong kecelakaan pun Nuraeni mengaku pernah mengikuti pelatihan diantaranya yang ia ketahui adalah jangan memindahkan korban kecelakaan kecuali petugas medis yang sudah berpengalaman.

“Katanya nanti malah patah tulang dan meninggal gara-gara kita. Sebaiknya dibiarkan sampai ada petugas datang,” ujarnya seraya mengatakan adanya program pelatihan di lokasi keramaian ini bagus dan ia sangat mendukungnya.

Sementara itu Kepala UPTD Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu Dinkes Kota Bandung Eka Anugrah ditemui saat program Aswatama di Lapangan Gasibu mengatakan pertolongan pada pasien serangan jantung dilakukan sebanyak 200 pijitan atau sedalam sekitar 5 cm, itu dilakukan 3 jari dari ulu hati.

“Serangan jantung itu kan darahnya mengumpal nah dengan dipompa darah akan bergerak lagi dan jantung terpacu kembali, itu dilakukan jangan takut patah tulang kalau patah lanjutkan selama 2 menit,” jelas Eka.

Sedang untuk kasus stroke tidak banyak bisa dilakukan keluarga atau pasien namun 1 jam bahkan kurang setelah terserang stroke sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit.

“Nah kalau korban kecelakaan benar sama tiga orang, agar satu pegang kepala, badan, dan kaki sehingga tidak fatal terjadi patah tulang. Kalau sudah terbiasa dan bisa tidak apa-apa dipindahkan sendiri juga,” tandasnya.