Gowes Sepeda “Tour de Zero to Zero 2023” Usung Kampanye Birukan Langit, Pelestarian Owa Jawa dan Aksi Kurangi Sampah

gowes sepeda Tour de Zero to zero

Prolite – Perhelatan gowes sepeda tahunan “Tour de Zero to Zero” (ZTZ) 2023 untuk ke 9 kalinya kembali digelar pada Sabtu, 26 Agustus 2023.

Kolaborasi gowes sepeda tahunan ini merupakan acara bersepeda mandiri yang telah diselenggarakan sejak 2010 oleh komunitas Bike to Work (B2W) wilayah Bogor dan B2W wilayah Bandung.

Titik start dimulai pukul di KM 0 kota Bogor (Balai Kota Bogor) hingga berakhir pada pukul di KM 0 Kota Bandung (Jalan Asia Afrika Bandung).

Sebanyak 300 peserta gowes sepeda dari berbagai kalangan akan bersepeda dengan rute Bogor – Bandung sepanjang 122 KM dengan 2111 M. EG, melewati rute klasik Puncak Bogor menuju ke Bandung dengan hamparan pemandangan indah dan sejuknya pegunungan.

Tidak hanya sekedar gowes sepeda bersama untuk mempererat silaturahmi antar pesepeda, acara ini juga mengusung kampanye birukan langit, pelestarian primata owa jawa (Hylobates moloch) dan aksi kurangi sampah.

Kampanye pelestarian owa jawa akan dilakukan dalam bentuk sosialisasi dan edukasi kepada para peserta.

Owa jawa sendiri merupakan primata endemik Jawa yang hidup di hutan-hutan Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Menariknya, peserta gowes sepeda akan melewati habitat owa jawa selama perjalanan, yaitu di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Bogor yang berada di jalur puncak.

Sementara untuk aksi kurangi sampah, peserta diminta bijak dalam mengelola sampah pembungkus makanan dan minuman selama perjalanan.

Peserta tidak boleh membuang sampah sembarangan selama kegiatan gowes dan wajib membawa botol minum sendiri.

Pihak panitia telah menyediakan air minum yang disediakan pada tempat peristirahatan (check point) yang bisa di ambil sendiri (refill) oleh peserta.

“Senang bisa gowes sepeda bersama dengan pegowes dari Bogor dan sekitarnya. Selain mendapat manfaat dari olahraga tentunya kita juga bisa membawa spirit yang baik dalam menekan tingkat polusi udara yang belakangan ini mengkhawatirkan, dan semoga banyak yang jadi sadar akan pentingnya udara bersih yang kita hirup bersama, demi keberlanjutan bumi yang kita cintai ini,” ucap Ibu Rina Eko Prasetyo, selaku Ibu Wakil Ketua Bhayangkari Cabang Bogor Kota yang ikut gowes bersama dari Balaikota Bogor menuju Bandung.

Pesan lainnya pun diungkapkan oleh Roni Wang, selaku Ketua Bike to Work Bogor atau lebih dikenal dengan Gowel Bogor, bahwa bersepeda tidak hanya tentang berolahraga. Ada pesan-pesan lain yang bisa disampaikan dari kegiatan bersepeda.

“Penting untuk kita mengaitkan kegiatan olahraga seperti bersepeda dengan isu-isu lingkungan lainnya, sebab Bumi kita hanya satu yang kita tinggali bersama. Persoalan lingkungan sekecil apapun tentunya berdampak pada siklus kehidupan kita,” jelas Roni Wang.

“Lewat bersepeda kita bisa bersinggungan dengan banyak hal, seperti permasalahan sampah, konservasi satwa liar, dan tentunya udara bersih yang kian terkikis oleh aktivitas yang dihasilkan oleh sesama kita sepanjang hari,” tambahnya.

Selaras dengan pernyataan Roni, Ismail Agung dari Gibbonesia turut menyampaikan akan persoalan konservasi satwa liar, khususnya owa jawa.

“Owa jawa ini primata yang harus kita banggakan, ia satwa endemik yang hanya ada di Pulau Jawa. Apalagi Bogor dan Bandung adalah dua wilayah di mana habitat alami owa jawa berada,” kata Agung.

“Partisipasi masyarakat sangat berperan penting bagi kelestarian owa jawa dan habitatnya. Melalui bersepeda pesan ini menjadi ajakan positif untuk konservasi owa jawa,” tutup Agung menambahkan.

Terima kasih sebesar-besarnya kepada para sponsor yang di antaranya Journey to Zero, Gibbonesia, Kopi Kapal Api, Laluasa Coffee and Eatery, Rodalink Bogor serta dukungan dari Pemerintah Kota Bogor, Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Bogor, Dinas Kesehatan Kota Bogor, Pemerintah Kota Bandung, Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat serta tim dari Bike to Work Bandung.

Sejarah tur Gowes Sepeda

B2W Wilayah Bogor atau Gowel Bogor adalah salah satu komunitas yang menjadi wadah pesepeda di Bogor dan sekitarnya. Aktivitas bersepeda oleh Gowel Bogor tidak hanya sebatas untuk keperluan gowes ke kantor (B2W) tapi juga untuk sport and tourism.

Gowel Bogor juga sebagai salah satu pioneer untuk event-event bersepeda di Kota Bogor. Salah satu satu nya adalah adalah Tour de Zero to Zero (ZTZ) yang diinisiasi pada tahun 2010.

Perhelatan perdana event gowes sepeda ZTZ sukses diikuti oleh 100-an peserta. Pada pelaksanaannya di tahun 2018, peserta event ZTZ mencapai dari semua jenis sepeda dan pada 2022 kembali hadir dengan mengusung tema kurangi plastik.

Tentang Owa Jawa

Owa jawa merupakan primata endemik Pulau Jawa yang bisa ditemukan di Gunung Gede-Pangrango, Bogor dan juga Gunung Tilu, Bandung.

Primata unik ini memiliki ciri khas pada suara nyanyiannya yang menggema di hutan serta ketangkasannya bergerak di puncak-puncak pepohonan hutan tropis jawa.

Secara filosofis, kehidupan sosial owa menjadi cerminan bagi kita akan makna sebuah kesetiaan, keharmonisan, dan juga melindungi keluarga.

Keberadaan owa jawa memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem hutan melalui biji tumbuhan yang disebarkannya dan meregenerasi hutan melalui pohon-pohon baru.

Populasi owa jawa saat ini diperkirakan sebanyak individu yang tersebar di hutan-hutan Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Ancaman terhadap populasi owa jawa antara lain berupa peralihan habitat, serta minat pemeliharaan satwa eksotis yang mendorong aktivitas ilegal seperti perburuan dan perdagangan.

Peran dan partisipasi masyarakat sangat penting terhadap upaya pelestarian owa jawa dan habitatnya.




Rahmat Suprihat, Sang Pelopor “Generasi Berkeringat” Bergerak Tanpa Emisi

rahmat suprihat

Prolite – Rahmat Suprihat, penggiat lingkungan sekaligus Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 55 Kota Bandung, punya tekad membentuk generasi cerdas.

Pendidik asal Kota Kembang ini unik. Selain mengajar di dalam kelas, ia pun menularkan semangat anak didiknya menjadi “generasi berkeringat”.

Pria 53 tahun ini menyalurkan semangat anak didiknya menjadi “generasi berkeringat” dengan bersepeda dan berjalan kaki. Sampai saat ini, berbekal semangat dan pengalaman, Rahmat terus membumikan gerakan bersepeda di kalangan pelajar.

“Generasi berkeringat” yang dibentuk Rahmat Suprihat adalah sebuah bentuk generasi yang mau menggerakkan dirinya terhadap sebuah kegiatan baik. Sebab, melalui bersepeda dan jalan kaki terdapat nilai baik untuk diri sendiri dan alam semesta.

Rahmat pun terus mendorong anak muda menjadi “generasi berkeringat”, supaya mereka menjadi sosok yang mau meluangkan waktu untuk bergerak tanpa mengeluarkan emisi.

Selain sibuk mengajar, Rahmat Suprihat kini aktif melakukan kegiatan road to school untuk mensosialisasikan keselamatan lalu lintas dan green transportation ke sejumlah sekolah di Kota Bandung.

Bagi Rahmat Suprihat, bersepeda di kalangan pelajar sudah menjadi hal paling utama untuk mereka lakukan. Regenerasi penerus mulai dari anak-anak perlu melanjutkan budaya bersepeda.

Menurutnya, manusia butuh kecepatan, jalan kaki baik, tapi kecepatannya tidak sebanding bersepeda.

“Harus dipahami dengan hadirnya teknologi berupa sepeda ada nilai manfaat untuk membantu manusia dalam hal kecepatan melakukan sesuatu,” kata Rahmat.

Rahmat punya alasan kuat hingga kini terus menggencarkan gerakan sepeda kepada anak-anak. Banyak nilai-nilai positif di dalamnya yang membantu mengembangkan pertumbuhan karakter anak. Kedisiplinan, kefokusan, dan ketelitian akan terbangun melalui kegiatan bersepeda.

Konsistensi Rahmat Suprihat Adalah Kunci

Pendekatan Rahmat untuk mendidik siswa bersepeda dan bergaya hidup ramah lingkungan telah ia mulai dari dirinya sendiri. Selama bergelut di bidang lingkungan dan pendidikan, konsistensi merupakan kunci yang ia pegang teguh.

“Menjadi sulit apabila kita bukan pelakunya, jadi setiap edukasi sosialisasi akan mudah manakala kita menjadi orang pertama kita melakukannya,” ucapnya.

rahmat suprihat
Berfoto bersama para murid usai mengayuh sepeda. Foto: Rahmat Suprihat

Kedua perubahan budaya itu tidak instan, memerlukan sebuah proses dan konsistensi. Ia memiliki cara sederhana untuk menciptakan kebiasaan bersepeda pada anak. Misalnya, saat upacara Rahmat selalu memberi apresiasi berupa barang seperti tumbler untuk pelajar yang konsisten menggunakan sepeda ke sekolah.

Tak sekadar mengedukasi dan mensosialisasikan ajakan bersepeda, Rahmat pun rutin bersepeda ke sekolah agar kebiasaan tersebut bisa para siswa tiru.

Canggihnya Teknologi  jadi Tantangan

Upayanya menciptakan “generasi berkeringat” bukan tanpa tantangan. Perkembangan zaman menghasilkan teknologi digital yang berdampak di kalangan pelajar. Sebagian besar dari mereka kini memilih bermain media sosial pada waktu luangnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Rahmat sebagai sosok yang mendorong generasi muda untuk lebih giat bersepeda.

“Pertama kemajuan teknologi ini menjadi sebuah anugerah, kedua sebagai tantangan. Karena, pada kenyataannya para generasi penerus candu pada media sosial sehingga mereka telah menjadi kekhawatiran bapak sebetulnya,” ungkap Rahmat.

Ia berpandangan, media sosial membuat anak terbiasa hidup santai dan kecanduan di dalamnya. Ini tantangan bagi guru untuk mendorong para siswa tidak tunduk pada media sosial. Mereka perlu mengayuh pedal menjadi “generasi berkeringat”.