5 Games Team Building Guru dan Murid untuk Meriahkan Hari Guru Nasional!

Guru dan Murid

Prolite – 5 Games Team Building Guru dan Murid untuk Meriahkan Hari Guru Nasional!

Hari Guru Nasional adalah waktu yang tepat untuk merayakan dedikasi para guru dan mempererat hubungan antara guru dan murid. Nah, daripada hanya mengadakan acara formal, kenapa nggak mencoba permainan seru untuk merayakan momen spesial ini?

Dengan permainan team building, guru dan murid bisa lebih dekat, lebih kompak, dan pastinya lebih bahagia. Yuk, simak lima permainan seru yang bisa dimainkan untuk meriahkan Hari Guru Nasional!

1. Blindfold Maze: Guru dan Murid Saling Membimbing Lewat Rintangan

Permainan pertama yang bisa membuat Hari Guru Nasional semakin seru adalah Blindfold Maze. Di sini, guru dan murid akan saling bekerja sama untuk melewati labirin yang penuh tantangan. Dan yang bikin seru, satu dari mereka harus memakai penutup mata!

Cara bermain:

  • Siapkan beberapa rintangan sederhana di ruang kelas atau di luar ruangan, seperti kursi yang disusun atau benda-benda yang perlu dihindari.
  • Salah satu dari guru atau murid akan dibekali penutup mata (blindfold), sementara yang lain akan menjadi pemandu.
  • Pemandu harus memberikan instruksi dengan suara untuk membantu teman mereka yang terhalang pandangannya melewati rintangan.

Permainan ini nggak cuma menguji kepercayaan diri, tapi juga membangun kerjasama yang solid antara guru dan murid. Keduanya harus berkomunikasi dengan baik dan saling mempercayai untuk mencapai tujuan bersama.

2. Balloon Pop Quiz: Meletuskan Balon dengan Jawaban Cerdas

Siapa yang nggak suka tantangan seru dan sedikit adrenalin? Di permainan Balloon Pop Quiz, guru dan murid harus menjawab pertanyaan yang ada di dalam balon. Kalau jawabannya benar, balon akan meletus!

Cara bermain:

  • Siapkan beberapa balon yang masing-masing berisi pertanyaan di dalamnya.
  • Balon tersebut bisa dipecahkan dengan cara ditekan atau digigit, tergantung kreativitas kamu.
  • Guru dan murid harus bekerja sama menjawab pertanyaan yang keluar dari balon.
  • Setiap balon yang berhasil dijawab dengan benar, akan memberi poin!

Permainan ini menyenangkan dan penuh energi karena selain ada unsur pendidikan, ada juga sedikit ketegangan saat balon akan meletus. Selain itu, balon yang meletus bisa membawa suasana jadi lebih ceria dan penuh tawa. Pasti seru!

3. Guess the Teacher: Tebak Guru dari Suara atau Gaya Khas

Mau tahu seberapa baik kamu mengenal guru kamu? Yuk coba permainan Guess the Teacher! Permainan ini seru banget, karena murid harus menebak siapa guru mereka hanya berdasarkan suara atau gaya khas yang dimiliki oleh sang guru.

Cara bermain:

  • Guru atau murid yang terpilih harus berbicara atau melakukan aktivitas tertentu yang khas (misalnya, gaya bicara atau kebiasaan tertentu yang mereka miliki).
  • Murid harus menebak siapa guru yang sedang berbicara atau bertindak seperti itu.

Selain seru, permainan ini juga bisa membuat semua orang tertawa karena pasti ada banyak gaya unik yang dimiliki oleh guru. Ini juga kesempatan bagi murid untuk lebih mengenal karakter guru mereka. Dijamin, tawa tak akan berhenti!

4. Word Chain: Menyusun Kata dengan Tema Pendidikan

Permainan Word Chain adalah permainan yang mengasah kreativitas dan pengetahuan guru serta murid. Di sini, kamu akan membuat rantai kata yang berhubungan dengan tema pendidikan. Setiap orang harus melanjutkan kata yang telah diberikan sebelumnya.

Cara bermain:

  • Pilih kata pertama yang berhubungan dengan dunia pendidikan, misalnya “sekolah”.
  • Pemain selanjutnya harus mencari kata yang dimulai dengan huruf terakhir dari kata sebelumnya, misalnya “hijau” (warna di papan tulis).
  • Permainan berlanjut sampai tidak ada kata lagi yang bisa dibuat.

Permainan ini bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk belajar sambil bermain. Selain itu, tema pendidikan membuat permainan ini tetap relevan dengan Hari Guru Nasional. Ini juga menguji pengetahuan dan kreativitas baik guru maupun murid!

5. What’s in the Box?: Hadiah Kejutan untuk Guru dan Murid

Siapa yang nggak suka kejutan? Di permainan What’s in the Box?, baik guru maupun murid akan merasa penasaran dengan apa yang ada di dalam kotak. Pemain harus menebak benda apa yang ada di dalam kotak hanya dengan meraba. Yang benar menebak akan mendapatkan hadiah!

Cara bermain:

  • Siapkan beberapa kotak yang berisi benda-benda yang bisa diraba (misalnya mainan kecil, buah, atau benda lucu lainnya).
  • Pemain harus memasukkan tangan mereka ke dalam kotak dan menebak apa yang ada di dalamnya berdasarkan tekstur atau bentuknya.
  • Pemain yang berhasil menebak dengan tepat akan mendapatkan hadiah kejutan.

Permainan ini sangat seru karena bisa jadi sangat sulit untuk menebak benda yang ada di dalam kotak. Kejutan yang didapatkan pun bisa membuat suasana jadi lebih seru dan menyenangkan. Semua orang bisa merasa jadi pemenang dengan hadiah-hadiah kecil yang menggemaskan.

Ayo, Rayakan Hari Guru dengan Cara Seru!

Hari Guru Nasional adalah saat yang tepat untuk lebih mengenal guru dan murid melalui permainan yang menyenangkan.

Dengan permainan-permainan seperti Blindfold Maze, Balloon Pop Quiz, dan Guess the Teacher, kamu bisa merayakan momen istimewa ini dengan penuh kebahagiaan dan keakraban.

Jadi, ayo, ajak teman-teman di kelas, mulai perayaan Hari Guru Nasional dengan cara yang lebih seru! Selain mempererat hubungan antara guru dan murid, permainan-permainan ini juga bisa mengajarkan kita untuk bekerja sama, berkomunikasi dengan baik, dan pastinya, lebih menghargai satu sama lain.

Selamat Hari Guru Nasional, semoga momen spesial ini semakin mempererat kebersamaan di sekolah! 🎉




Tahun Ajaran Baru 2023, Sekolah Masih Butuh Fasilitas Inklusi

tahun ajaran baru-inklusi

Tahun Ajaran Baru 2023, Sekolah Masih Butuh Fasilitas Inklusi

BANDUNG, Prolite – Sebanyak 112 siswa baru sudah berkumpul sebelum pukul WIB di SDN 071 Sukagalih. Di tahun ajaran baru ini, para siswa baru tersebut siap mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) yang akan berjalan selama dua pekan dari 17-28 Juli 2023.

Ketua PPID SDN 071 Sukagalih, Novie Susanti Nuraeni menjelaskan, kelas 1 terdiri dari 4 rombongan belajar (rombel). Masing-masing rombel terdiri dari 28 siswa.

“Untuk jalur penerimaan tahun ajaran baru dari jalur afirmasi dan zonasi. Afirmasi ada Rawan Melanjutkan Pendidikan (RMP), perpindahan orang tua, dan peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK),” ujar Novie, Senin 17 Juli 2023.

Ia memaparkan, di tahun ajaran baru ini untuk jalur perpindahan orang tua, kuotanya ada 6 dan sudah terisi penuh.

Kemudian jalur RMP ada 17, tapi ditambah dari jalur PDBK yang kuotanya kosong, sehingga totalnya 20 siswa. Kemudian jalur zonasi diisi oleh ada 86 siswa.

“Di sini ada 3 orang ABK yang mendaftar dengan jalur non-PDBK. Tapi, sayangnya para wali murid tidak menginformasikan kepada pihak sekolah. Sehingga Dinas Pendidikan (Disdik) perlu melakukan asesmen kepada para siswa baru tersebut,” ucapnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala SDN 071 Sukagalih, Ulan Sumilan menyampaikan, di tahun ajaran baru ini kondisi tersebut menjadi dilema bagi pihak sekolah. Sebab dari hasil asesmen Disdik, salah satu siswa baru kategori ABK direkomendasikan untuk disekolahkan di tempat lain.

“Berdasarkan hasil asesmen, anak tersebut untuk merobek kertas saja belum bisa. Emosi anak tersebut juga kurang stabil. Tapi karena ekonomi keluarganya juga kekurangan, rumahnya dekat dari sekolah, sehingga orang tuanya ingin sekolahkan anaknya di sini lewat jalur zonasi,” ungkapnya.

Oleh karena itu, pada MPLS di pekan kedua akan ada kembali asesmen dari Disdik Kota Bandung. Ini yang akan menentukan jumlah siswa ABK di sekolahnya.

“Saat ini, yang baru terdeteksi ada tiga orang, dan yang telah diasmen satu orang. Anak tersebut terindikasi mengidap autisme,” tuturnya.

MPLS tahun ajaran baru akan berjalan selama dua pekan. Pekan pertama diisi dengan kegiatan pengenalan lingkungan sekolah. Pekan dua digunakan untuk asesmen siswa.

Gunanya untuk melihat kemampuan sosialnya terlebih dahulu. Melihat sejauh mana anak bisa bersosialisasi dan mengikuti pelajaran di sekolah.

“Baru setelah itu asesmen kemampuan kognitifnya. Ini menjadi pegangan untuk guru, seperti apa cara pembelajaran yang akan diberlakukan,” paparnya.

Menurutnya, perlu ada koordinasi yang lebih intensif antara pihak sekolah dengan dinas terkait. Apalagi dengan Kurikulum Merdeka saat ini, para guru dituntut untuk bisa mengelompokkan anak sesuai dengan kemampuan belajarnya.

“Anak kinestetik tentu berbeda cara belajarnya dengan anak audio. Berbeda lagi dengan anak visual. Para guru harus bisa menguasai keseluruhannya dan menyesuaikan dengan cara belajar siswa,” akunya.

Selain itu, bagi Ulan sistem PPDB kali ini ada sisi plus minusnya. Kelebihannya, sangat membantu pihak sekolah dalam mempercepat proses PPDB. Ada pula fasilitas assessment center dari Disdik untuk membantu pihak sekolah melihat kemampuan sosial dan kognitif anak.

“Meski belum maksimal, tapi sudah cukup membantu kami. Petugasnya pun bisa langsung datang ke sekolah untuk asesmen langsung,” sebutnya.

Sedangkan kekurangannya, komunikasi langsung antara pihak sekolah dengan calon pesertanya didik sangat terbatas. Sehingga para guru tidak bisa mendeteksi lebih awal kondisi calon peserta didik yang ternyata masuk dalam kategori ABK.

“Bukan kami tidak ingin mendidik anak-anak tersebut, tapi kami menyadari betul kekurangan dari fasilitas inklusi di sekolah kami. Jika ada kuota tahun ajaran baru 2023 untuk siswa ABK, kami harap fasilitas pendidikan untuk mereka pun bisa ditunjang dengan baik,” katanya.

“Untuk sekarang, yang bisa kami lakukan hanya menerima anak tersebut. Semoga ini merupakan ladang ibadah untuk guru-guru di sini,” lanjut Ulan.

Contohnya M. Aldifi Tegarajasa atau dikenal Tegar. Ia merupakan salah satu anak didik di SDN 071 Sukagalih yang masuk kategori ABK tuna daksa.

Menurut Ulan, sebenarnya Tegar hanya dibimbing sampai kelas 3. Tapi, akhirnya Tegar bisa lanjut sekolah sampai sekarang kelas 6.

“Dia di kelas menulis dengan kakinya. Tidak ada fasilitas khusus untuk Tegar. Meja dan kursinya sama dengan siswa yang lain. Sehingga dia menulis di kursi. Meski begitu, saya bersyukur teman-teman Tegar semuanya baik, saling membantu, tidak ada bullying. Itu membuat Tegar bisa betah di sini,” ungkapnya.

Sementara itu, Maulana bersama anak keduanya Rasya M. Athaya, salah satu murid baru kelas 1 tahun ajaran baru 2023 sudah datang sejak WIB. Ia mendaftarkan anaknya melalui jalur afirmasi RMP.

Sebelumnya Rasya bersekolah di TK Al Ikhlas Karang Tineung. Ia memilih SDN 071 Sukagalih karena sejak dulu, dirinya dan anak pertamanya pun bersekolah di tempat yang sama.

“Anak pertama saya dulu sekolah di sini. Sekarang sudah SMP kelas 8. Bahkan saya dulu kecilnya juga sekolah di sini. Jadi memang turun temurun sekolah di sini. Alhamdulillah Rasya juga mau sekolah di SDN 071 Sukagalih,” kata Maulana.

Ia berharap MPLS tahun ajaran baru 2023 yang akan dijalani Rasya selama dua pekan ke depan lancar dan membuat anaknya bisa memiliki banyak teman.

“Tadi perkenalan guru dan lingkungan sekolah. Orang tua menunggu di area gerbang. Anak-anak diajak berkeliling membuat barisan seperti kereta api,” imbuhnya.

Selain itu, Amel salah satu siswa baru kelas 1 tahun ajaran baru 2023 mengatakan, ia senang bisa bersekolah di SDN 071 Sukagalih. Ia bahkan berani maju untuk nyanyi lagu “Satu-Satu Aku Sayang Ibu”.

“Kemarin sekolah di TK Ar Rasyid. Aku ingin jadi dokter. Senang bisa masuk sekolah di sini. Soalnya ada teman dari TK yang sama,” kata Amel.




Maraknya Perundungan Siswa, Gadget Jadi Salah Satu Faktor

Maraknya Perundungan Siswa, Gadget Jadi Salah Satu Faktor

BANDUNG, Prolite – Perundungan siswa hingga saat ini masih saja terjadi dan para siswa seolah tak jera, terus saja melakukan perundungan itu.

Melihat itu Pelaksana Harian Wali Kota Bandung Ema Sumarna mengingatkan peran guru dan orang tua siswa agar mengawasi penggunaan gawai (gadget) oleh anak-anak.

Pengawasan ketat dari guru dan juga orang tua siswa menjadi kunci utama pengendalian potensi hal negatif yang dilakukan siswa, seperti misalnya perundungan.

“Saya tidak berkesimpulan perundungan terjadi seutuhnya karena (kehadiran) gadget. Tetapi sedikit banyaknya perundungan terjadi karena tidak bijak menggunakan gadget,” kata Ema usai rapat koordinasi bersama seluruh kepala sekolah, di SMP Negeri 2 Bandung, Kamis 14 Juni 2023.

Ema mengingatkan, penggunaan gawai oleh anak usia sekolah sebaiknya ditujukan untuk alat komunikasi dengan orang tua saja.

“Untuk berkomunikasi, misalnya dengan ibu atau bapaknya, memberi kabar akan dijemput pukul berapa, atau menanyakan kondisi kesehatan. Sesuai fungsi alat komunikasi itu saja,” katanya menambahkan.

Ia pun memberi saran agar para sekolah memberlakukan aturan yang pada prinsipnya meminimalisir penggunaan gawai di jam pelajaran. Kata Ema, gawai tersebut bisa saja dititipkan ke pihak guru di sekolah.

Meski begitu, ia menekankan langkah ini sebagai saran saja. Ia menyerahkan kepada pihak sekolah terkait penerapannya.

“Ini bukan arahan. Hanya memberi saran saja. Apakah itu dimungkinkan? Saya rasa rekan-rekan kepala sekolah ini yang bisa menjawab,” ucapnya.

Lebih lanjut, Ema juga mengingatkan agar tidak ada lagi aksi perundungan dalam ajang masa pengenalan lingkungan sekolah bagi peserta didik baru.

Menurutnya, tidak ada argumen apapun yang membenarkan tindak kekerasan saat ajang tersebut.

“Kalau di institusi militer, misalnya, itu lain hal ya. Tetapi ini kan anak SD, anak SMP. Saya rasa tidak layak (diterapkan kekerasan dalam masa pengenalan lingkungan sekolah),” ujarnya.

Di ruang lingkup sekolah, Ema mengingatkan peran guru Bimbingan Konseling (BK) agar lebih aktif menelusur potensi penyimpangan tindakan oleh siswa.

“Saya harap jangan baru bertindak saat sudah ada kasus. Dan saya ingatkan sinergi orang tua dan guru adalah dua hal utama. Di luar jam sekolah, para siswa didik merupakan tanggung jawab orang tua,” pungkasnya.




Perundungan Terhadap Siswi SMAN 1 Ciwidey

KABUPATEN BANDUNG, Prolite – Beberapa waktu lalu kita sempat dihebongkan dengan tersebarnya video perundungan yang dilakukan oleh seorang siswi berinisial T asal SMAN 1 Ciwidey, Kabupaten Bandung.

Video yang tersebar melihatkan delapan orang pelaku yang sedang melakukan perundungan kepada salah seorang korban. Korban terlihat tangannya dipegangi oleh seorang pelaku sedangkan pelaku lainnya  memukuli korban. Korban juga terlihat menangis sambil jongkok dan menunduk kepalanya.

Orang tua T, Ati (42) membenarkan anaknya menjadi korban perundungan beberapa waktu lalu. Ati juga menjelaskan bahwa ada tiga korban lainnya yang menjadi korban perundungan.

“Ada 3 korban lainnya yang juga dipukuli pada saat itu, mereka dipukuli oleh 8 orang bahkan salah satu diantara mereka sengaja merekam video anak saya lagi dipukuli” jelasnya.

Dalam kejadian ini ati berharap pihak sekolah dapat bertindak tegas terhadap pelaku, pasalnya hingga saat ini pihak sekolah belum melakukan tindakan terhadap pelaku.

Humas sekaligus Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) SMAN 1 Ciwidey Iwan menjelaskan bahwa pihak sekolah sudah ambil langkah atas masalah itu. Sudah ada mediasi dari seluruh siswa yang terlibat dan orang tua siswa  yang bersangkutan yang disaksikan juga oleh Kamtibmas Polsek Ciwidey.

Dari hasil mediasi disepakati untuk berdamai oleh kedua belah pihak dan semua siswa  yang bersalah mendapatkan sanksi yang mendidik dari pihak sekolah.

Kapolresta Bandung Kombes Pol Kusworo Wibowo mengatakan proses mediasi dikedepankan dalam kejadian ini. “Kami dari Polresta Bandung khususnya unit PPA Satreskrim Polresta Bandung langsung hari itu juga turun ke sekolahan tersebut, bersama-sama dengan Bhabinkamtibmas Polsek Ciwidey,” ujar Kusworo di Kecamatan Cilengkrang.

Pihaknya menyebutkan telah mengantongi identitas pelaku. Namun dia belum memutuskan untuk melakukan pidana bagi para pelaku. “Kami sudah dapatkan identitas dari pada pelaku-pelaku. Namun demikian undang-undang perlindungan peradilan anak kan menyebutkan bahwa ultimum remedium, dimana peradilan itu merupakan langkah akhir yang di tempuh setelah upaya yang lain dilakukan,” katanya.

Menurut Kusworo, pihaknya telah melakukan mediasi terhadap para pelaku, korban dan para orang tuanya. Pihak sekolah juga dilibatkan untuk menengahi. Hal tersebut dilakukan guna memberikan pembinaan supaya tidak kembali lagi terjadi. (*/ino)




Bunda Literasi: STOP Bullying!

Bunda Litersi - Stop bullying

KOTA BEKASI, Prolite – Bunda Literasi Wiwiek Hargono Tri Adhianto fokus dan mengajak berbagai pihak memerangi perundungan, Stop Bullying ! Hal tersebut ia sampaikan saat mengunjungi sekolah didaerah Mustikajaya dalam kegiatan gali potensi siswa.

Istri dari Plt Wali Kota Bekasi itu juga menyatakan akan mendukung kampanye dalam memerangi penindasan atau perundungan disekolah. Menurutnya bullying atau perundungan tidak sesuai dengan nilai maupun budaya bangsa Indonesia.

Dalam kunjungan itu, Wiwiek Hargono mengajarkan keterampilan inklusif kepada anak-anak serta mendesak siswa untuk bersikap hormat dan selalu menyebarkan kebaikan antara satu sama lainnya.

“Saling menolong dalam kebaikan dan kepedulian, menanamkan nilai-nilai Pancasila sehingga anak-anak memiliki karakter yang baik,” ujarnya kepada para siswa.

Bunda Literasi juga menyempatkan diri untuk berdialog dengan para pendidik dan siswa.

Wiwiek Hargono Tri Adhianto menekankan pentingnya peran dari berbagai pihak untuk mensosialisasikan. Hal tersebut diutarakan sebagai bagian dari kampanye anti-bullying, Stop Bullying !

“Bersama membahu-bahu sosialisasikan kepada masyarakat luas, karena bullying dapat menjatuhkan mental anak dan berdampak buruk pada tumbuh kembang anak,” kata Wiwiek Hargono

Membimbing anak kearah positif, lanjut Wiwiek menyampaikan dapat mendorong anak-anak lebih berprestasi dan percaya diri akan potensi yang dimiliki.

“Dengan memberikan perhatian yang lebih khusus, membimbing kearah yang postif mendorong anak-anak tercinta untuk berprestasi dan percaya diri akan potensi yang dimiliki,”tutup Bunda Literasi Wiwiek Hargono Tri Adhianto.(rls/red)




Sebagai Bunda Literasi, Wiwiek Optimis Anak-Anak Menjadi Generasi Unggul

Bunda Literasi Optimis Anak-Anak Kota Bekasi Akan Menjadi Generasi Unggul dan Pemimpin Hebat

KOTA BEKASI, Prolite – Bunda Literasi Kota Bekasi Wiwiek Hargono Tri Adhianto optimis bahwa anak-anak di Kota Bekasi akan menjadi generasi unggul dan pemimpin hebat di tahun Indonesia Emas 2045, hal tersebut disampaikan oleh Wiwiek saat melihat kemampuan bakat yang ditunjukan para siswa saat berkunjung ke sekolah.

“Anak-anak tersebut diharapkan menjadi generasi Indonesia Emas Tahun 2045. Generasi yang unggul akan kemampuan dan menjadi pemimpin hebat dimasa mendatang,” ucap Wiwiek Hargono Tri Adhianto saat mengunjungi beberapa sekolah diwilayah Bekasi Timur

Pihaknya berkolaborasi dengan pata stakeholder berkomitmen mewujudkan generasi Indonesia Emas tersebut melalui program gali potensi sebagai pondasi penting dalam tumbuh kembang kemampuan siswa kedepannya.

Bukan hanya sekedar menggali potensi yang dimiliki para siswa, lanjut Wiwiek menambahkan tentunya kita harus memastikan anak-anak tersebut dipenuhi haknya dan dilindungi dalam kehidupannya agar dapat berkembang secara optimal.

Perlindungan anak merupakan amanat dari negara yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak serta diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2021 guna menyelenggarakan perlindungan anak secara khusus.

Selain itu, peran orang tua sangat penting  dalam membimbing dan menjadi panutan bagi anak-anaknya sehingga mereka tidak terjerumus pada hal-hal negatif yang merugikan masa depan anak.

Bunda Literasi, Wiwiek Hargono Tri Adhianto mengajak semua pihak dapat bersinergi untuk membantu anak-anak (para siswa) mendapatkan layanan pendidikan secara optimal demi  meraih masa depan yang cerah.

“Saya mohon kita semua bersinergi untuk membantu anak-anak kita meraih prestasi, apapun bidang yang diminati, mendapatkan layanan pendidikan secara maksimal sehingga masa depan anak-anak bangsa ini semakin cerah,” tuturnya.

Program gali potensi ini juga bagian dari implementasi dari program ‘Merdeka Belajar’ para siswa bisa mengekpresikan berbagai kemampuannya.(rls/red)