Tekan Sampah, Kaji Ulang PLTSa

Ilustrasi PLTSa Gedebage

BANDUNG, Prolite – Untuk menekan jumlah sampah yang menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA), Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung kembali mengkaji ulang kebutuhan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Dudy Prayudi di Balai Kota Bandung, Rabu 8 Maret 2023.

“Saat ini kita sedang koordinasi dengan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) dikomandoi oleh Bappelitbang. Melihat dari aspek yuridis, hukum, dan aspek lainnya sesuai dengan regulasi yang ada,” aku Dudy.

Perlu diketahui, Pemkot Bandung sempat berencana membangun PLTSa di kawasan Gedebage setelah bencana longsor di TPA Leuwigajah. Untuk itu, Pemkot Bandung telah bekerja sama dengan PT BRIL.

Namun menurut Dudy, dari 2013 hingga sekarang tentu sudah banyak aturan yang berubah. Oleh karena itu, untuk memastikan hal tersebut, pihaknya tengah berkoordinasi dengan Kemenkomarves.

“PT. BRIL (Bandung Raya Indah Lestari) memang sedang melakukan penghitungan ulang. Kajian 2013 harus diupdate contohnya contohnya dari sisi biaya. Kalau tenggat waktu nanti akan dibahas kembali,” katanya.

Ia menuturkan, strategi lain untuk penanganan sampah sambil menunggu keputusan PT. BRIL di antaranya dengan mengoptimalkan program Kang Pisman.

“Kita masih menggunakan TPA Sarimukti karena Legok Nangka belum bisa digunakan. Kita jalankan dengan Kang Pisman. Sudah tersebar di 180 kawasan bebas sampah. Kalau dari sisi jumlah memang belum menyesuaikan, setidaknya mengurangi,” ungkapnya.

Berbagai metode lain juga dilakukan, seperti kompos, magotisasi, biodigester, dan RDF. Tahun ini akan dibangun tiga tempat pengolahan sampah terpadu yang metodenya sama dengan di Cicukang Holis, tapi kapasitasnya lebih besar.

“Di Holis itu bisa olah sampah sampai 10 ton per hari. Kalau tiga lokasi yang nanti dibangun bisa mencapai akumulasi 100 ton sampah per hari,” paparnya.

“Bahkan, tahun depan akan dibangun di tiga lokasi lagi, yakni Pasir Impun, Jelekong, dan Taman Sehati. Dengan upaya tersebut, bisa mengubah tempat penampungan sampah menjadi tempat pengolahan sampah. Sehingga setidaknya bisa mengurangi sampah yang dikirim ke TPA,” jelasnya.

Dudy mengatakan, saat ini ada perusahaan tekstil di Bandung yang sedang bekerja sama dengan Pemkot Bandung untuk menyerap Refuse-derived fuel (RDF) ini.

Meski sebenarnya kebutuhannya besar, tapi produksinya saat ini masih kecil. Dari 10 ton sampah yang diolah RDF, hanya menghasilkan 3-4 ton.

“Ini kita melakukan kerja sama dengan pabrik tersebut didampingi oleh BRIN. Karena kami ingin memastikan RDF yang dihasilkan oleh kita ini cocok untuk pabrik tekstil,” tuturnya.(rls/kai)

Baca Juga:

Sampah Faktor Utama Pencemaran Sungai

Ancol Creative Centre, Ikon Baru Industri Kreatif

Kolam Retensi Gedebage, Solusi Tuntaskan Banjir




Tri: Mesin Pengolah Sampah, Solusi Bermanfaat

Mesin Pengolah Sampah

KOTA BEKASI, Prolite – Guna mengatasi persoalan sampah rumah tangga, melalui program Coorporate Social Responsiblity (CSR) oleh PT. Enviro Total Solusi bersama Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dan perangkat wilayah baik Camat dan Lurah menyerahkan mesin Pengolah Sampah Domestik (PSD) kepada warga di Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) Perumahan Bina Lindung RW 11 Kelurahan Jaticempaka, Kecamatan Pondokgede yang diresmikan langsung oleh Plt. Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto pada Sabtu, (25/02).

Adapun cara kerja mesin mesin Pengolah Sampah pada prinsipnya mengolah sampah atau limbah organik dari rumah tangga sekitar, seperti limbah sayuran, limbah buah-buahan, dedaunan, atau ranting kecil, dengan cara dipilah terlebih dahulu lalu dibakar menggunakan mesin PSD dengan suhu panas tertentu sehingga hasil dari pembakarannya dapat menjadi media tanam ataupun pakan ternak.

Tujuan diserahkannya mesin PSD guna membiasakan para warga untuk mengolah sampah organik yang hasilnya memiliki maanfaat tinggi dan tentunya dapat mengurangi volume sampah organik rumah tangga yang dibuang, karena faktanya sampah organik menempati urutan volume terbanyak dibanding sampah lainnya.

“Permasalahan sampah musti bisa ditanggulangi, dan hadirnya mesin PSD atas CSR antara Swasta dan Pemerintah, merupakan suatu terobosan yang nilai manfaatnya sangat tinggi dimana hasil olahannya bisa digunakan baik untuk diri sendiri atau bahkan bisa bernilai jual tinggi, sehingga tumpukan sampah di TPST pun berkurang. Olahan PSD salah satunya pupuk organik. Pupuknya bisa dipakai sendiri atau dijual ke khalayak, sehingga menjadi profit atau laba tersendiri para warga,” ujar Tri dalam sambutannya.

Selain pemanfaatan sampah organik melalui mesin PSD, Tri Adhianto pun menyarankan para warga untuk berbudidaya maggot, “bahannya sama-sama dari sampah, terutama sampah atau limbah makanan rumah tangga untuk jadi pakan cacing maggot, dan cacing maggot -nya digunakan sebagai pakan hewan ternak. Manfaatnya juga tinggi karena cacing maggot proteinnya tinggi bagus untuk ikan air tawar dan hewan ternak, buat lele atau ayam itu sangat baik,” tambah Tri.

Terakhir, Tri pun sampaikan apresiasi dan rasa terima kasihnya kepada seluruh pihak atas kepeduliannya dalam mengatasi persoalan sampah di Kota Bekasi.

“Alat PSD yang hadir pertama kali di Kota Bekasi, khususnya Jaticempaka, merupakan bentuk komitmen dari berbagai pihak untuk mengatasi masalah sampah, terima kasih saya ucapkan kepada PT. Enviro Total Solusi yang sudah mendukung dan membantu kami untuk mengurangi sampah, dan pesan saya kepada Camat, Lurah, dan para warga agar dijaga baik-baik alatnya serta manfaatkan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan bersama,” pungkas Tri.(**/rls)




Per Hari, Pemkot Olah 300 Ton Sampah di Kota Bandung

Pemkot olah 300 ton sampah di Kota Bandung per hari

BANDUNG, Prolite – Ada yang tahu, berapa banyak sampah di Kota Bandung yang di produksi oleh tiap orang di lingkungan sehari-hari?

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Dudy Prayudi, ternyata satu orang diperkirakan menyumbang sampah di Kota Bandung sekitar 0,6 kg per hari.

Jika diakumulasi dengan seluruh penduduk Kota Bandung pada malam hari, maka dalam sehari sebanyak ton sampah di Kota Bandung diproduksi masyarakat.

“Tapi di siang hari karena banyak penduduk lain yang juga kerja di Kota Bandung. Belum lagi saat akhir pekan Bandung menjadi tujuan wisata, maka sampah yang dihasilkan bisa mencapai ton per hari,” jelas Dudy saat ditemui di kantornya, Senin 20 Februari 2023.

Untuk menangani jumlah sampah tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) sudah mengolah sekitar 300 ton per hari.

“Sehingga, sampah yang kita kirim ke TPA Sarimukti itu tersisa ton per hari,” katanya.

Berbagai upaya telah dijalankan DLKH untuk mengurai permasalahan sampah di Kota Bandung. Salah satunya dengan mengubah sistem pengelolaannya.

Dudy memaparkan, dulu pengelolaan sampah masih bersifat kumpul, angkut, lalu buang. Sampah yang ada di masing-masing rumah dibuang ke tempat penampungan sementara (TPS).

Kemudian oleh petugas diangkut ke tempat penampungan akhir (TPA). Dengan sistem ini tidak menyelesaikan masalah, tapi hanya memindahkan masalah saja.

“Ini yang mengakibatkan pada 21 Februari 2005 terjadi insiden di TPA Leuwigajah. Terjadi longsor yang mengakibatkan 157 nyawa meninggal,” paparnya.

“Maka dari itu, kita ubah sistemnya menjadi Kang Pisman (kurangi, pisahkan, dan manfaatkan) ini diberlakukan di sumber sampah yakni rumah tangga. Diharapkan di sumber sampah memisahkan minimal dua yakni sampah organik dan anorganik,” ungkapnya.

Sampah-sampah organik bisa diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah anorganik bisa dibuat kerajinan atau diberikan ke Bank Sampah.

Bahkan, jika sudah terkumpul sebanyak bisa ditukar dengan logam mulia mini 0,05 gram di Bank Sampah.

“Di beberapa tempat tabungannya sudah sampai puluhan juta. Nanti bisa diberikan dalam bentuk uang atau logam mulia juga,” katanya.

Namun, ia mengakui jika program ini belum berjalan serentak di seluruh wilayah Kota Bandung. Fakta di lapangan, sampah masih kerap bercampur karena belum dipilah oleh masing-masing rumah tangga.

“Mungkin karena mereka belum paham atau ingin praktisnya saja. Ini menjadi PR kita untuk bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah. Kita butuh peran aktif dari masyarakat. Tanpa adanya peran dari semua stakeholder, tentu sulit,” akunya.

Selain Kang Pisman, upaya lain yang dilakukan Pemkot Bandung adalah mengubah TPS dari tempat penampungan sampah menjadi tempat pengolahan sampah. Ada peran Bank Sampah juga di ranah tersebut.

“Sedangkan penanganan di sumbernya, kita lakukan melalui gerakan Kang Pisman, di TPS melakukan pengolahannya. Sehingga sampah yang dikirim ke TPA itu hanya sisanya saja,” akunya.

Untuk semakin menuntaskan masalah sampah, rencananya di Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada Selasa, 21 Februari 2023, DLHK akan launching tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Cicukang Holis. TPST ini menggunakan teknologi Refuse-Derived Fuel (RFD).

“Tahun ini akan dibangun di tiga tempat, Tegallega, Nyengseret, dan Cicabe. Kemudian tiga TPST lagi di tahun depan. Kalau tidak salah di Pasir Impun, Jelekong, dan Taman Kehati Palasari,” tuturnya.

Selain TPST, Pemkot Bandung juga mewacanakan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), dengan mengubah sampah menjadi energi alternatif atau terbarukan. Selain menjadi listrik, bisa juga menjadi biodigester dan RDF.

“Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan. Pertama, sampahnya selesai di sumber, tidak lagi menjadi tumpukan sampah di TPA. Kedua, energinya bisa menggantikan energi yang ada. Listriknya bisa menerangi lokasi yang belum teraliri listrik,” jelas Dudy.

Sampai saat ini, program tersebut masih berproses, belum menuju pada pembangunan. Namun, ia mengungkapkan, jika wacana PLTSa ini pun menjadi fokus pembahasan pada TPA Legok Nangka.

Saat ini pihak pemerintah provinsi tengah melelang tempat pengolahan sampah di Legok Nangka yang nantinya memiliki konsep waste to energy dalam skala regional.

“Meliputi Kota Bandung, Kita Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Garut. Jadi, sampah-sampah dari enam wilayah tersebut dikirim ke sana untuk diolah menjadi listrik. Rencananya di tahun 2026 Legok Nangka ini bisa beroperasi,” paparnya.

Namun, sebelum Legok Nangka diaktivasi, TPA Sarimukti akan tetap menjadi tempat untuk menampung semua sampah.

“Sekarang di TPA Sarimukti sudah berangsur normal. Tapi memang masih ada PR yang belum selesai di Kota Bandung. Jalannya belum diperbaiki, jika hujan pasti akan ada kendala lagi. Tahun ini Pemprov Jabar akan memperbaiki jalan tersebut,” katanya.(**/red)




Penumpukan Sampah di TPS, DLH Atur Strategi 

Penumpukan sampah, darurat sampah

BANDUNG, Prolite – (DLH) Kota Bandung terus melakukan berbagai upaya menangani dan mengantisipasi penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) akibat kendala pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti.

“Kendalanya ada di TPA. Alat berat mengalami kerusakan dan jalannya licin. Ditambah manuver pembuangan sempit mengakibatkan proses pembuangannya menjadi lama. Ini mengakibatkan adanya antrean panjang dan terjadi keterlambatan,” ujar Kepala DLH Kota Bandung, Dudy Prayudi kepada Humas Kota Bandung, Selasa 17 Januari 2023.

Dudy mengatakan, saat ini pihaknya secara bertahap tetap mengangkut sampah di TPS, terutama yang terjadi kelebihan kapasitas.

“Nanti dilihat sudah sampai sejauh mana penumpukan di TPS kalau sudah sangat overload itu yang menjadi prioritas utama kami,” katanya.

Selain itu, Dudy mengaku, fokus mengangkut sampah-sampah yang menumpuk di jalan protokol di Kota Bandung.

“Prioritas kami agar sampah sampah tidak ada di jalan protokol. Kedua, sampah yang ada di TPS secara bertahap kita upayakan angkut ke TPA Sarimukti,” katanya.

Saat ini, terdapat 135 TPS yang ada bangunan dan 15 berupa transfer depo dengan volume sampah harian Kota Bandung ton per hari.

“Saat ini hanya bisa ton per hari,” katanya.

Mengingat volume sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti terus meningkat, ia mengaku terus mendorong segera dioperasikannya TPS Legok Nangka.

“Kita berharap bisa dioperasikan secepat mungkin. Kita menunggu dari provinsi (Jawa Barat),” ungkapnya.

Untuk itu, Dudy juga mengimbau kepada masyarakat untuk sementara tidak membuang sampah ke TPS. Selain itu, juga dapat mengurangi dan mengolah sampah dalam skala rumah.

“Masyarakat dapat memilah sampah yang akan dibuang ke TPS. Ada organik dan anorganik. Sampah organik bisa dibuang ke Loseda (Lobang Sesa Dapur),” katanya.

“Sedangkan anorganik bisa menghubungi bank sampah unit terdekat untuk bisa ditabung di sana. Mudah-mudahan bisa mengurangi sampah yang dibuang ke TPS,” imbuhnya.

Ia berharap, pengangkutan sampah dapat berjalan normal kembali dalam waktu dekat, sehingga tidak ada penumpukan sampah.

“Insyaallah kalau alat beratnya berfungsi kembali bisa secepatnya kembali normal, hanya butuh waktu,” ujarnya.(*/kai)